PR SOLORAYA - Malaysia berada di bawah tekanan yang terus meningkat akibat dari lonjakan virus corona yang tak kunjung berhenti.
Selain itu, parlemen akan memulai sidang pada hari ini, Senin, 26 Juli 2021, setelah berbulan-bulan lockdown di mana kasus dan kematian semakin memburuk mendorong tenaga kesehatan yang bekerja terlalu keras untuk mogok.
Malaysia melaporkan rekor 17.045 kasus dan 92 kematian pada Minggu, 25 Juli kemarin dengan meningkatkan tekanan pada pemerintah Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.
Baca Juga: Sisi Lain Kekalahan Real Madrid Lawan Glasgow Rangers, Kembalinya Luka Jovic
Sebelumnya pada Januari lalu, Muhyiddin menyatakan Malaysia berada dalam kondisi darurat dengan Covid-19 telah membawa negaranya pada titik puncak.
Sekitar 62 persen dari kasus berada di Lembah Klang, yang meliputi ibu kota Kuala Lumpur dan negara bagian Selangor di sekitarnya, pembangkit tenaga listrik industri Malaysia dan rumah sakit umum, beberapa di antaranya sekarang hanya merawat pasien kritis.
Dalam beberapa pekan terakhir, media sosial telah dibanjiri dengan foto dan video mengerikan dari rumah sakit, sebagaimana dikutip PRSoloRaya.com dari Al Jazeera pada Senin, 26 Juli 2021.
Baca Juga: Sinopsis Extraordinary You Episode 2 di NET TV Sore Ini: Dan Oh Sadar Dia Berada di Dunia Komik
Satu video menunjukkan mayat disimpan di tempat yang tampak seperti gudang rumah sakit sementara bangsal lainnya begitu penuh, pasien duduk di kursi roda atau di bangku yang diseret dari koridor luar.
Yang lain menunjukkan orang-orang mengantri berjam-jam di pusat penilaian Covid-19 setelah tes positif, selain itu terlihat beberapa kondisi ramai kerumunan orang terjadi di fasilitas karantina yang dikelola pemerintah.
Di tengah ketidakpuasan yang meningkat, Muhyiddin, yang pemerintahannya hampir berusia 18 bulan telah berada di bawah tekanan politik sejak berkuasa, akan mengadakan sesi parlemen khusus pekan ini.
Muhyiddin akan memberi penjelasan singkat kepada parlemen tentang rencana tanggapan Covid-19 pemerintahnya serta "rencana pemulihan nasional" empat fase, yang diresmikan pada Juni lalu.
Anggota parlemen akan memiliki kesempatan untuk menguji para menteri. Keadaan darurat tidak hanya menangguhkan bisnis parlemen tetapi juga mengizinkan aturan dengan undang-undang.
Akan hadir juga dalam pertemuan khusus tersebut para menteri, ahli ekonomi, dan penanggung jawab program vaksinasi.
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 26 Juli 2021: Aldebaran Siap Hancurkan Elsa dengan Bukti Baru yang Kuat
Sementara itu, ribuan dokter bersiap-siap untuk meninggalkan pekerjaannya dalam perselisihan yang berkepanjangan mengenai gaji dan kondisi.
Ribuan dokter tersebut terdiri atas dokter junior yang masih bekerja di bawah kontrak serta belum memiliki kesempatan untuk spesialisasi dalam karier kedokteran mereka.
“Pandemi telah menunjukkan bahwa Malaysia tidak memiliki cukup dokter,” kata Dr Mustapha Kamal Aziz, juru bicara hartal, sebuah kelompok anonim yang mengorganisir aksi pemogokan.
Sistem kontrak diperkenalkan pada 2016 oleh pemerintah sebelumnya dan seharusnya menjadi langkah stop-gap untuk memastikan petugas medis, yang diharuskan bekerja lima tahun pertama dalam pelayanan publik, bisa mendapatkan posisi housemanship lebih cepat.
Tetapi tanpa rencana jangka panjang tentang bagaimana dokter, perawat, dan lainnya akan diserap ke dalam sistem seakan merasa dibiarkan di bawah tekanan wabah Covid-19 yang tak terkendali.
"Pemogokan ini simbolis, namun menunjukkan bahwa kami serius," ujar Dr Kamal.***