Pekan lalu, Komite Teknis Bersama (JTC) OPEC+ memperkirakan permintaan minyak global akan meningkat sebesar 5,6 juta barel per hari tahun 2021, bukan lagi berjumlah 5,9 barel seperti yang diperkirakan bulan lalu.
"Sepertinya OPEC+ akan menggulir kesepakatan, tetapi mereka tidak melakukannya dan sekarang tampak mereka membayar setidaknya dalam jangka pendek,"kata Bob Yawger, Direktur energi berjangka di Mizuho Securities, dilansir Pikiranrakyat-Soloraya.com dari Antara.
Baca Juga: Basarnas Mulai Temukan Warga yang Terseret Banjir Bandang NTT, Korban Meninggal Hampir 100 Orang
Pada upaya peningkatan pasokan, justru para investor terfokus pada pembicaraan tidak langsung mengenai negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, pembicaraan ini terjadi antara negara Iran dan Amerika Serikat.
Menurut analisis dari Eurasia Henry Rome, dirinya memprediksi akan memperkirakan sanksi AS pada pembatasan penjulan minyak Iran.
Sebab Henry meyakini bahwa setelah pembicaraan antara AS dan Iran telah selesai, maka Iran akan patuh dan meningkatkan kembali ekspor ke China meskipun ada sanksi.
Minyak telah pulih dari posisi terendah bersejarah tahun lalu dengan dukungan rekor pemotongan OPEC+, yang sebagian besar akan tetap ada setelah Juli. Permintaan diperkirakan akan pulih lebih lanjut di paruh kedua
Pada tahun lalu, kondisi anjloknya harga minyak pada posisi terendah telah teratasi dengan dukungan rekor pemotongan OPEC+.
Permintaan minyak ini diperkirakan akan pulih secara lebih lanjut di paruh kedua.