Network
PR SOLORAYA - Pada Agustus 2020, China menembakkan rudal balistik anti-kapal (ASBM) ke Laut China Selatan.
Penembakan rudal tersebut adalah kedua kalinya China meluncurkan rudal semacam itu ke perairan yang disengketakan.
Yang pertama terjadi pada Juni 2019, ketika China menembakkan enam ASBM ke wilayah tersebut. Tidak jelas apakah dua penembakan rudal diluncurkan terhadap target bergerak atau yang telah ditentukan sebelumnya di laut, tetapi kemungkinan ASBM yang terlibat adalah rudal balistik jarak menengah (DongFeng) DF-21D atau rudal balistik jarak menengah DF-26.
Di lain sisi, selain China biasanya melakukan uji coba misilnya di Laut Bohai, terdapat fakta bahwa pasukan angkatan laut AS ikut beroperasi di Laut China Selatan selama beberapa minggu sebelum penembakan misil.
Artinya kemungkinan China melakukan uji coba itu tidak hanya untuk menguji kemampuan ASBM-nya, tetapi juga untuk memberikan sinyal agar AS tidak ikut campur dalam permasalahan wilayah perairan tersebut.
Meskipun demikian, peluncuran rudal saja, betapapun suksesnya, tidak berarti bahwa China dapat dengan andal menyerang kapal di laut dengan ASBM.
Baca Juga: Sempat Alami Penyempitan Pernapasan hingga Covid-19, Meggy Wulandari Tengah Pemulihan: Bekasnya Ada
Sama seperti senapan dan peluru yang membutuhkan mata manusia untuk dapat diandalkan guna mencapai target yang dituju.
