“Rusia akan terus, tentu saja, untuk memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga, tetap dalam kontrak yang disepakati sebelumnya,” kata Vladimir Putin.
Baca Juga: Kekayaan Nasional Rusia Merosot. Bagaimana Kondisinya Kini?
“Perubahan hanya akan mempengaruhi mata uang pembayaran, yang akan diubah menjadi rubel Rusia,” kata Vladimir Putin menambahkan.
Hal tersebut membuat sikap negara Uni Eropa terbelah dua, yakni pihak yang tetap ingin menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan pihak yang tak ingin menjatuhkan sanksi.
Vladimir Putin menyampaikan pesan yang sangat jelas kepada negara-negara Uni Eropa, ia berkata bahwa jika negara Uni Eropa ingin gas Rusia maka mereka harus membeli dengan mata uang Rusia, yakni rubel.
Kendati demikian, masih belum jelas apakah Rusia memiliki kekuatan untuk secara sepihak mengubah kontrak yang disepakati bersama negara-negara Uni Eropa.
Dampak dari pengumuman tersebut, rubel melonjak ke level tertinggi dalam tiga minggu terakhir, yakni melewati 95 terhadap dolar Amerika Serikat.
Kenaikan tersebut memangkas penurunan rubel selama peperangan dengan Ukraina terjadi, akan tetapi masih di bawah 100 atau 97,7 terhadap dolar Amerika Serikat atau 22 persen sejak 24 Februari 2022.