Network
Pasalnya, menurut Kiai Miftach, makna dari kalimat “la haula wala quwwata illa billahil aliyyil azhim” adalah bentuk kepasrahan total seorang hamba kepada Tuhannya.
Tiada ada daya, tiada satupun kekuatan, semua yang telah terjadi di alam semesta ini hanya lah dari kekuatan Allah.
“Itu kan bentuk totalitas, kepasrahan yang paling total. Sampai menganggap dirinya tak punya daya, tak punya kekuatan. Justru, di waktu seluruh hamba yang sudah seperti ini, total keikhlasannya, total kepasrahannya kepada Allah, justru Allah pasti akan urus. Untuk itu, kalian baca la haula 100 kali tiap hari, tak lebih, tak kurang, yang ikhlas,” tutupnya.
Keutamaan Lain
Di samping itu, selain menunjukkan permohonan pertolongan dan totalitas pertolongan Allah, kalimat la haula wala quwwata illa billah juga menjadi sarana guna memperoleh kemuliaan abadi dan keselamatan atas pertolongan-Nya.
Baca Juga: Amalan Bebas Hutang hingga Dzikir Mudahkan Rasa Sulit Menurut Habib Syech dan Ustadz Adi Hidayat
Keutamaan amalan satu ini juga tidak hanya menjadi media untuk memperoleh pahala dari Allah, tetapi juga menjadi penyebab seseorang mendapat kenikmatan di surga.
Seperti yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Wahai Abdullah bin Qais, maukah aku tunjukkan suatu simpanan dari berbagai simpanan surga?” Aku menjawab: “Tentu, wahai Rasulullah.” Lantas Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “La haula wala quwwata illa billah.”
Syekh Muhammad Asyraf bin Amir Syaraful Haq as-Siddiqi mengungkapkan, yang dimaksud simpanan (kanzun) pada kalimat hadits aslinya tersebut adalah pahala yang oleh Allah disimpan di dalam surga, yang di akhirat kelak akan diberikan kepada hamba-Nya yang membaca kalimat la haula wala quwwata illa billah; atau terdapat pengertian lain sebagai barang surga yang sangat indah yang sudah dipersiapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi orang yang membacanya.***
