Mutasi Virus Corona E484K 'Eek', Guru Besar UI: Sesuatu yang Mengkhawatirkan dan Sebuah Peringatan

6 April 2021, 19:03 WIB
Ilustrasi. Mutasi Virus Corona E484K 'Eek', Guru Besar UI: Sesuatu yang Mengkhawatirkan dan Sebuah Peringatan. /Pixabay/PIRO4D

PR SOLORAYA - Prof Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan jika para pakar menyebut E484K adalah mutasi Eek.

Guru Besar UI tersebut mengatakan jika adanya mutasi E484K ini merupakan kondisi yang mengkhawatirkan.

Prof Tjandra Yoga menjelaskan jika mutasi E484K akan berdampak pada respons sistem imun dan kemungkinan akan mempengaruhi efikasi vaksin.

"Mutasi E484K ini oleh sebagian pakar disebut 'mutasi Eek', yang maksudnya sesuatu yang mengkhawatirkan dan merupakan sebuah peringatan atau 'warning'. Ini terjadi karena mutasi ini nampaknya berdampak pada respons sistem imun dan mungkin juga mempengaruhi efikasi vaksin," papar Tjandra Yoga Aditama.

Baca Juga: Izinkan Lagunya Diputar Sepuas Hati Tanpa Perlu Bayar Royalti, Julian Jacob: Karya Bukan Melulu Soal Duit

Baca Juga: Berhasil Dibekuk, Wanita yang Bius Sopir Pakai Obat Tetes Mata di Semarang Seorang Residivis

Kendati demikian, mengenai efikasi vaksin terhadap mutasi E484K masih dalam proses penelitian.

"Kita masih akan tunggu hasil penelitian selanjutnya tentang bagaimana dampak terhadap efikasi vaksin," lanjutnya.

Lebih lanjut, E484K ada dalam variant of concern (VOC)-nya WHO per 1 April 2021, dan juga VOC nya "Center of Disease Control (CDC)" Amerika Serikat per 24 Maret 2021.

Lebih lanjut, Prof Tjandra Yoga menjelaskan jika mutasi E484K dapat membuat virus lolos dari pertahanan tubuh manusia.

Ia khawatir jika mutasi E484K dan B117 bergabung, maka akan menimbulkan masalah yang cukup besar bagi penularan Covid-19 di masyarakat.

Baca Juga: Ayo Mengaji Ramadhan 2021: Baca Surat Al-Qadr, Arab, Latin, dan Artinya

Baca Juga: Pemuda Jadi Sasaran Target Cuci Otak, Prof. Irfan Idris: Darah Muda Tidak Mau Mengalah

Prof Tjandra Yoga mengungkapkan jika varian B117 yang bergabung dengan E484K membuat tubuh harus meningkatkan jumlah antibodi serum agar mencegah terjadinya infeksi.

"Kita sudah sama ketahui bahwa varian B.1.1.7 memang sudah terbukti jauh lebih mudah menular, sehingga kalau bergabung dengan mutasi E484K maka tentu akan menimbulkan masalah cukup besar bagi penularan COVID-19 di masyarakat," ujarnya.

Tak hanya itu, Prof Tjandra Yoga juga mengungkapkan sebuah fakta jika mutasi E484K atau 'Eek' diduga akan memperpendek masa kerja antibodi netralisir dalam tubuh.

"Dengan kata lain, orang akan jadi lebih mudah terinfeksi ulang sesudah dia sembuh dari sakit COVID-19," paparnya.***

Editor: Linda Rahmadanti

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler