Dampak Pandemi, Utang Luar Negeri Indonesia Bertambah Menjadi Rp6.150 Triliun

16 April 2021, 18:32 WIB
ilustrasi dolar. /3D Animation Production Company from Pixabay

PR SOLORAYA - Tercatat bahwa utang luar negeri Indonesia bertambah menjadi Rp6,150 triliun atau tumbuh 4 persen pada Februari 2021.

Dilansir dari Antara, menurut Bank Indonesia (BI) kenaikan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhannya pada bulan sebelumnya, yaitu 2,7 persen.

"Peningkatan pertumbuhan utang tersebut didorong oleh utang luar negeri pemerintah dan utang luar negeri swasta," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono pada Jumat, 16 April 2021.

Erwin mengatakan kenaikan pertumbuhan utang luar negeri pemerintah sebanyak 4,6 persen jika dibandingkan dengan bulan Januari 2021, yang hanya sebesar 2,8 persen.

Baca Juga: KKB Tembak Mati Dua Guru di Papua, Kombes Polisi M Iqbal Alqudussy: Pelanggaran HAM

Baca Juga: Berikan 3 Jersey untuk Direktur Sinovac, Messi Bantu Adakan 50 Ribu Vaksin jelang Copa America

Peningkatan itu terjadi sejak 2020 bertepatan dengan pandemi Covid-19, dan pemerintah memberlakukan upaya penanganan dampak pandemi Covid-19.

Selain itu, ia juga menambahkan, utang meningkat karena adanya akselerasi program vaksinasi dan juga perlindungan sosial pada triwulan 1 2021.

Peningkatan utang pemerintah, katanya, memang untuk memenuhi target pembiayaan APBN 2021.

Melalui pendanaan dari dalam maupun luar negeri, dengan mengutamakan utang tenor menengah-panjang dan pengelolaan portofolio utang secara aktif, menurut Erwin akan dapat mengendalikan biaya dan risiko.

Baca Juga: Ramadhan 2021: Niat Sholat Tarawih Sendirian, Arab, Latin dan Artinya

Baca Juga: Bagaimana Cara Cegah Asam Lambung? Anda Bisa Mengonsumsi 5 Makanan Ini

Dalam pemanfaatannya, lanjut Erwin, juga untuk mendukung anggaran belanja prioritas sebesar 17,7 persen dari total, seperti pada sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan wajib.

Ia melanjutkan, untuk sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 17,2 persen.

Sementara pada sektor jasa pendidikan sebesar 16,3 persen, sektor konstruksi sebesar 15,3 persen, serta sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar 12,7 persen.

"Posisi utang luar negeri pemerintah pada Februari 2021 mencapai 3,04 miliar lebih rendah dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar 3,06 miliar," ungkapnya.

Sedangkan utang luar negeri swasta, Erwin mengungkapkan, tetap didominasi utang jangka panjang dengan pertumbuhan mencapai 3,4 persen, meningkat dibandingkan Januari 2021 sebesar 2,5 persen.

Baca Juga: Instagram Akan Munculkan Versi Terbaru Khusus Anak, Kelompok Advokasi Internasional Desak Mark Zuckerberg 

Baca Juga: Mitos Atau Fakta: Puasa Ramadhan Bisa Hentikan Kecanduan Rokok? Begini Penjelasannya

Kenaikan ini didasari oleh pertumbuhan utang luar negeri perusahaan bukan lembaga keuangan sebesar 5,9 persen.

Sementara utang luar negeri lembaga keuangan mengalami penciutan 4,9 persen atau lebih rendah dibandingkan pada Januari sebesar 6,1 persen.

Utang luar negeri swasta mencapai 77,3 persen dari total utang keseluruhan, yang berasal dari jasa keuangan dan asuransi, listrik, gas, uap atau air panas dan udara dingin, pertambangan, serta industri pengolahan.

Jadi secara keseluruhan, menurutnya, struktur utang luar negeri Indonesia akan tetap pada posisi yang sehat.

Asalkan, lanjut Erwin, dalam mengelolanya didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian.***

Editor: Nopsi Marga

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler