Gelombang Keempat Covid-19 di Eropa, Menkes: Herd Immunity Sudah Tidak Relevan, yang Penting Imunitas Komunal.

24 November 2021, 15:28 WIB
WHO prediksi 2 juta orang Eropa akan meninggal karena gelombang keempat Covid-19 setelah ruang jenazah di Rumania dipenuhi oleh mayat yang melebihi kapasitas. /REUTERS/Maxim Shemetov

 

BERITASOLORAYA.com - Dinamika pandemi tak menunjukkan pola yang pasti. Terjangan gelombang keempat Covid-19 di Eropa, kawasan yang telah mencapai cakupan vaksinasi tinggi, membuat sebagian epidemiolog berubah pandangan.

Menurut mereka, guna mencapai herd imunnity (kekebalan kawanan) yang aman, cakupan vaksinasi harus mencapai 111–120 persen, dengan suntikan booster ketiga bagi kelompok rentan.

Perlu waktu, sementara Covid-19 bisa meledak sewaktu-waktu.

Baca Juga: Punya Anggrek Tapi Sulit Berbunga? Ikuti Cara Berikut Agar Anggrek Kembali Berbunga

’’Kalau ditanya herd immunity, dengan sedih saya harus meneruskan pesan para epidemiolog itu, bahwa ini sudah dianggap tidak relevan lagi, yang penting ialah imunitas komunal,’’ ujar Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.

Perhitungan lama, vaksinasi cukup sebatas pada kelompok dewasa yang aktif, remaja, dan lansia yang rentan, yang meliputi 60--70 persen populasi dunia, dianggap tak memadai lagi.

Mengandalkan herd imunnity, melalui vaksinasi, belum cukup. Kekebalan yang dapat menangkal Covid-19, kata Menkes, ialah kekebalan komunal, yakni kekebalan pada kelompok yang terbentuk lewat vaksin ditambah kelompok yang mendapatkan kekebalan alamiah.

Baca Juga: Tips Redam Amarah yang Harus Kamu Ketahui menurut Islam

Kelompok kedua ini ialah para penyintas, dan mereka yang terciprat virus dosis kecil tapi tidak bergejala.

Mereka beruntung tubuhnya telah memproduksi antibodi untuk melawan infeksi.

Menguntip penjelasan epidemiolog, Menkes Budi Sadikin mengatakan bahwa potensi penularan virus dari keluarga flu ini sangat kuat.

Baca Juga: Mau Tahu Rahasia Sukses Steve Jobs Sampai Jadi Orang Terkaya di Dunia? Simak Dari Buku Ini

Ia menyebut reproduktif rate potensial (R-o) Covid-19 dari generasi awal (virus Wuhan) adalah 2–2,5.

Artinya, dalam satu siklus inkubasi, satu pasien bisa menularkan rata-rata kepada 2–2,5 orang lain.

Untuk flu Spanyol, yang menimbulkan pandemi hebat di tahun 1918, Ro-nya hanya 1,8.

Baca Juga: Mengenali 4 Alat Instrumen Rukyat Untuk Melihat Hilal

Namun, varian Delta (B.1.1617.2) Covid-19, kata Menkes Budi Gunadi, reproduvtive ratenya bisa mencapai 5-8.

Imunitas dari vaksinasi sulit mengejar penyebarannya. Apalagi, menurutnya, efikasi (tingkat kemanjuran) vaksin terhadap infeksi Covid-19, yang awalnya mencapai 90 persen, bisa anjlok menjadi 60 persen di depan varian Delta.

Mengandalkan herd imunnity semata tidak akan bisa mengejar kecepatan penyebaran varian Delta.

Baca Juga: Mom Masih Bingung Pilih Permainan Untuk Anak? Di Buku Ini Berbagi Ide Permainan Untuk Anak

Menkes mengatakan, imunitas komunal ialah kombinasi imunitas buatan dari vaksin Covid-19 dan imunitas dari Tuhan karena timbulnya antibodi bagi orang yang telah terkena Covid-19, baik yang bergejala atau tidak, dan telah sembuh.

Untuk mengetahui kondisi imunitas komunal di Indonesia, menurut Menteri Budi Gunadi, Kementerian Kesehatan kini sedang melakukan penelitian.

Kegiatan penelitian dilakukan dalam bentuk sero survei (tes darah) di 1.000 desa dari 34 provinsi di Indonesia.

Baca Juga: Cara Seru Belajar Filsafat Dengan Filokomik

Sampel darah dari 1.000 desa itu diperiksa dan diukur antibodinya.

Bila di sebagian besar sampel menunjukkan jumlah antibodi yang cukup untuk melawan Covid-19, bisa disimpulkan bahwa imunitas komunal sudah terbentuk di Indonesia, dan fase pandemi mulai berubah menjadi endemi. 

Pengambilan sampel darah ini diharapkan dapat selesai pada Desember 2021.***

Editor: Novrisia Yulisdasari

Sumber: Indonesia.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler