Astaghfirullah, Cuaca Indonesia Siang Hari Panas seperti Mendidih, Apa Kata BMKG?

- 23 April 2023, 12:10 WIB
Ilustrasi cuaca panas di Indonesia
Ilustrasi cuaca panas di Indonesia /Pixabay/Geralt

BERITASOLORAYA.com – Cuaca terutama di siang hari, seperti pada hari Jumat, 21 April 2023 sampai dengan hari Sabtu 22 April 2023 kemarin terasa sangat panas. BMKG atau Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memang telah memberi imbauan kepada masyarakat Indonesia untuk menggunakan tabir surya (sunscreen) karena tingginya indeks sinar ultraviolet (UV).

Usut punya usut, BMKG rupanya sudah menyatakan bahwa fenomena perubahan iklim semakin mengkhawatirkan ini pada 20 Maret 2023 lalu. Kondisi ini dimulai sejak 2016 tepatnya ketika Indonesia mencapai kategori suhu terpanas selama periode 1981-2020.

“Fenomena perubahan iklim semakin mengkhawatirkan, lho. Ini bisa dilihat dari maraknya bencana hidrometeorologi di dunia dan suhu udara yang meningkat lebih panas,” tulis BMKG, melalui akun Twitter @infobmkg pada Sabtu, 20 April 2023 yang dikutip BeritaSoloRaya.com.

Baca Juga: TEBARU, Mekanisme Penerbitan NISN Tingkat Lanjut 2023, Begini Tahapan Lengkap dari Kemdikbud Ristek...

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati pada saat itu juga pernah menjelaskan bahwa nilai anomali sebesar 0.8 °C sepanjang periode pengamatan 1981 sampai dengan 2020, sudah cukup membuat 2016 menjadi tahun terpanas yang dialami Indonesia.

Pada tahun 2020, Indonesia bahkan menempati urutan kedua yang mengalami tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.7°C dan menempati peringkat ketiga dengan nilai anomali sebesar 0.6°C pada tahun 2019.

World Meteorological Organization (WMO) dalam State of the Climate 2022 yang diterbitkan pada awal 2023, melaporkan bahwa Indonesia menempati peringkat keenam sebagai tahun terpanas dunia pada 2022 kemarin. Untuk periode 2015 s/d 2022 menjadi 8 tahun terpanas dalam catatan tersebut.

Pada awal bulan Desember 2020, kata Dwikorita menambahkan, tahun 2016 Indonesia menjadi negara dengan tahun terpanas, yakni di peringkat ke-1, dengan tahun itu sedang menuju salah satu dari tiga tahun terpanas yang pernah tercatat.

Baca Juga: RESMI, Daftar OPSI Jenjang SMP Telah Dibuka, Ada Beberapa Cabang Lomba Lho. Cek Yuk!

Secara berurutan, tahun-tahun terpanas di antaranya yakni 2016, 2020, 2019, 2017, 2015, 2022, 2021, 2018. Tren pemanasan global disebut telah memicu kondisi tahun-tahun terpanas ini yang diamplifikasi oleh kejadian anomali iklim El Nino.

Kondisi ini pula yang mengakibatkan salju abadi di Puncak Jaya, Papua lebih cepat mencair. Jika pada awalnya luasan salju abadi sekitar 200 km persegi, maka sekarang ini diketahui hanya menyisakan 2 km persegi atau tinggal 1%.

Salju dan es abadi di Puncak Jaya sejatinya merupakan keunikan yang dimiliki Indonesia, mengingat iklim di wilayah nusantara adalah tropis.

Lebih jauh kepala BMKG itu berujar bahwa perubahan iklim mengakibatkan fenomena atau kejadian-kejadian ekstrem lebih sering terjadi, khususnya bencana kekeringan dan banjir.

Baca Juga: HORE, Bazar UMKM untuk Indonesia 2023, Resmi Dibuka BUMN, Cek Tahapan Mengikuti Program Pemerintah...

Apabila rentang waktu kejadian sebelumnya berkisar 50 hingga 100 tahun, maka sekarang rentang waktu menjadi semakin pendek atau frekuensinya semakin intens terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi atau durasi yang lebih panjang.

“Contoh nyatanya adalah kemunculan siklon tropis Seroja di Indonesia yang berujung pada terjadinya banjir bandang dan longsor di Nusa Tenggara Timur pada April tahun 2021 lalu,” jelas Dwikorta.

Ia juga menjelaskan bahwa, fenomena siklon terbilang sangat jarang terbentuk di wilayah tropis layaknya Indonesia.

Akan tetapi, selama 10 tahun terakhir kejadian siklon tropis justru semakin sering dialami Indonesia.***

Editor: Anbari Ghaliya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x