Hal itu disebabkan ketakutan akan Covid-19 dan risiko kerumunan yang membludak.
Namun para atlet yang hanya memiliki sedikit waktu untuk menyesuaikan diri untuk beradaptasi pada terik yang panas itu.
"Menyelenggarakan pertandingan selama Juli dan Agustus adalah masalah serius bahkan sebelum pandemi virus corona," ucap ketua Asosiasi Medis Tokyo, Haruo Ozaki.
"Risiko heat stroke (sengatan panas) masih tinggi di acara-acara seperti perlombaan outdoor, seperti triathlon, dan voli pantai," sambungnya.
Pada turnamen uji coca pada musim panas 2019 lalu, penyelenggara meluncurkan berbagai tindakan anti-panas.
Baca Juga: Super Junior Buat Parodi Lagu Hati Yang Kau Sakiti, Rossa: Di Luar dari Ekspetasi Aku
Seperti 1.360 ton es untuk mendinginkan atlet, tenda untuk berteduh, es krim untuk sukarelawan dan para penggemar, dan salju buatan untuk para penonton.
Meski begitu, beberapa orang sempat dirawat karena diduga terkena heatstroke pada event voli pantai dan 10 orang lain di event tes cabor dayung.
Terkait hal itu, Tokyo memang dikenal dengan musim panas yang kepanasannya bisa melebihi cuaca normal selama bertahun-tahun.