Hal itu dengan tujuan agar terciptanya sumber daya manusia (SDM) di Kota Solo yang lebih sejahtera.
Dian Rineta kemudian mengatakan Pemkot Solo menciptakan program baru dalam menangani anak putus sekolah. Bernama Asli Soloku Pinter, nama program tersebut ternyata merupakan akronim dari kata kata "Ayo Sekolah Lagi, Cah Solo Kudu Pinter".
Baca Juga: Secara Onsite, Tiga peserta berkebutuhan khusus Ikuti UM-PTKIN di UIN Sunan Gunung Djati
Ia kemudian mengatakan jika Pemkot perlu bekerja keras bersama demi menyadarkan masyarakat. Itu dilakukan agar dapat memaksa anak yang putus sekolah untuk kembali menempuh pendidikan.
Terlebih lagi, jumlah anak yang putus sekolah terus bertambah di setiap tahunnya. Ia mengatakan jika untuk saat ini jumlahnya bisa mencapai lebih dari 1.000 anak, bahkan ada temuan yang tidak terdata.
"Data dasar awal sampai ribuan, namun ada sebagian yang sudah sekolah. Kalau data ribuan sampai usia 21 tahun, dari usia SD. Itu data sebelum COVID-19," katanya.
Dari total yang ditemukan Pemkot Solo tersebut, sebanyak 200 anak yang putus sekolah saat ini sudah siap ditindaklanjuti kembali dan diharapkan sejak tahun ini bisa menempuh pendidikan kembali.
Terkait hal itu, pihaknya memprioritaskan untuk akan menuntaskan terlebih dahulu anak di usia 7-18 tahun. Untuk anak di usia tersebut akan diarahkan masuk sekolah reguler.