Seperti diketahui, acara tersebut merupakan upacara tradisi adat ritual yang dilaksanakan secara rutin di Praja Mangkunegaran.
Tingalan Wiyosan Jumenengan Dalem merupakan acara penanda atau peringatan kenaikan tahta Adipati Mangkoenagoro setiap tahunnya.
Dilansir BeritaSoloRaya.com dari laman surakarta.go.id, Sabtu 17 Februari 2024, tradisi Tingalan Wiyosan Jumenengan Dalem pernah vakum pada pemerintahan Mangkunegara VII.
Namun, saat ini sudah dihidupkan lagi dan semakin semarak karena budaya yang tersimpan di Puro Mangkunegaran bisa dinikmati masyarakat umum.
Salah satunya adalah Kirab Jumenengan yang diadakan pada 2023 lalu. Iring-iringan kirab bersama ratusan prajurit keraton berjalan mengitari tembok luar Puro Mangkunegaran.
Selain itu, juga ada sajian Tari Bedaya Anglir Mendung yang merupakan hasil cipta kreasi dari mendiang pendiri Kadipaten Mangkunegaran untuk menandai peringatan kenaikan tahta.
Baca Juga: KUR BNI 2024: Pinjaman hingga 50 Juta untuk UMKM, Tenor Cicilan Fleksibel!
Saat itu, Adipati Mangkunagoro X menyampaikan sabdanya untuk terus menjaga kebudayaan Jawa sesuai dengan falsafah Tri Dharma Mangkunegaran.
Ajaran itu adalah 3 kebaktian yang merupakan cermin dari Perjuangan Raden Mas Said. Tri Dharma itu meliputi Mulat Sarira Hangrasawani, Rumangsa Melu Handarbeni, dan Melu Hangrungkebi.
Dari acara itu, kekayaan nilai budaya yang terpancarkan dari eloknya Puro Mangkunegaran, menjadikan Solo semakin dikenal sebagai Kota Budaya dan menjadi magnet kunjungan wisatawan.