Sambut Lailatul Qadar, Tradisi Malam Selikuran Keraton Surakarta Serba 1000

- 23 April 2022, 14:37 WIB
Tradisi Malam Selikuran Keraton Surakarta Hadiningrat
Tradisi Malam Selikuran Keraton Surakarta Hadiningrat /Inung R Sulistyo

BERITASOLORAYA.com - Keraton Surakarta lemalui Lembaga Dewan Adat (LDA) kembali mengadakan malam selikuran untuk menyambut malam Lailatul Qadar bulan Ramadhan 1443 H.

Malam selikuran Surakarta kali ini digelar dengan 1000 lampion, 1000 tumpeng, 1000 peserta lebih yang mengikuti kirab mengelilingi Keraton Surakarta dengan diikuti prajurit Surakarta lengkap.

Pasalnya, awal rencana menghadirkan 1000 peserta untuk malam selikuran bertambah. Ternyata banyak antusias di berbagai daerah sehingga yang ikut mencapai sekitar 1500 orang.

Baca Juga: Ahn Hyo Seop Goda Kim Se Jeong Gara-Gara Keceplosan Ngaku Jatuh Cinta Saat Syuting Bersama

Malam selikuran diadakan bertepatan pada malam kedua puluh satu di bulan Ramadhan dengan rangkaian acara yang sukses.

Acara tersebut dimulai dengan pagelaran Keraton Surakarta Hadiningrat, menuju selatan ke Keraton, kemudian mengelilingi Baluwarti dan menuju Masjid Agung.

GKR Koes Moertiyah Wandansari akrab di sapa Gusti Moeng memimpin malam selikuran menyatakan bahwa banyak sekali yang ingin ikut hadir. Namun, ada batasan di setiap Kabupaten.

"Banyak sekali yang ingin ikut. Tapi kita batasi, setiap Kabupaten rata-rata hanya 25 orang," ujarnya.

Tradisi Malam Selikuran Keraton Surakarta Hadiningrat
Tradisi Malam Selikuran Keraton Surakarta Hadiningrat Inung R Sulistyo

Baca Juga: Selera Sama dengan Jungkook BTS, Lisa BLACKPINK Ungkap Ketagihan Nonton Drama Ini

Selain itu, makna 1000 tumpeng melambangkan seribu bulan di malam Lailatul Qadar.

"Menggambarkan Lailatul Qadar pahalanya 1000 bulan, ini yang diinginkan, dilambangkan dalam tumpeng yang berjumlah seribu," ungkap GKR Koes Moertiyah Wandansari.

Tidak hanya dari Surakarta, terdapat pula peserta yang berasal dari luar. Contohnya Ika Puspita Sari asal Purworejo yang turut memeriahkan malam selikuran.

Ika mengatakan bahwa ia mengetahui acara tersebut dari pihak media. Ia mendapat bungkusan nasi golong yang sudah didoakan pada acara tersebut.

Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun ke-23, Ini Fakta Menarik Chaeyoung TWICE, Anggota yang Paling Santai

"Dari media yang ngasih tahu kalau ada malam selikuran di Keraton," tuturnya.

Diketahui bahwa malam selikuran sempat terhenti karena pandemi Covid-19 yang melanda negeri. Kini, acara tersebut akan kembali digelar dan berlangsung dengan protokol kesehatan yang ketat.

Sebagai informasi, tradisi malam selikuran adalah sebuah tradisi yang telah dilakukan oleh Keraton Surakarta Hadiningrat secara turun temurun di bulan suci Ramadhan.

Tradisi ini dilakukan sebagai tanda Ramadhan  telah memasuki 10 hari terakhir atau malam ke-21, serta menyambut datangnya malam Lailatul Qadar.

Tradisi Malam Selikuran Keraton Surakarta Hadiningrat di Masjid Agung
Tradisi Malam Selikuran Keraton Surakarta Hadiningrat di Masjid Agung Inung R Sulistyo

Baca Juga: 10 Tempat Wisata di Solo dan Sekitarnya, Mulai yang Instagramable hingga Bersejarah

Tradisi malam selikuran  dikembangkan oleh Sultan Agung. Akan tetapi dalam perjalanannya sempat mengalami pasang surut. Pada masa pemerintahan Pakubuwana IX, tradisi ini dihidupkan kembali dan mengalami puncaknya pada masa Pakubuwana X.  

Awalnya tradisi tersebut dilakukan dengan mengarak tumpeng dan diiringi lampu  atau pelita dari Keraton menuju Masjid Agung Surakarta. 

Lampu atau pelita sebagai simbol  obor yang dibawa para sahabat ketika menjemput Rasulullah SAW setelah menerima wahyu di Jabal Nur. ***

Editor: Dian R.T.L. Syam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah