PR SOLORAYA – China telah berjibaku menangani pandemi Covid-19 selama lebih dari satu tahun, setelah virus corona pertama kali dideteksi pada Desember 2019 lalu.
Setelah persebaran Covid-19 semakin masif, China bahkan menutup perbatasannya dan tak memperbolehkan orang asing masuk ke wilayah mereka.
China kini sudah mulai membuka negaranya untuk mempersiapkan pertandingan Olimpiade Musim Dingin pada Februari 2022 mendatang.
Demi melancarkan pagelaran tersebut, China mulai mengakali keluar masuknya masyarakat dunia ke wilayahnya dengan menerapkan paspor vaksin.
Baca Juga: Vaksin AstraZeneca Belum Akan Didistribusikan, Ini Penjelasan Direktur Jenderal P2P Kemenkes
Baca Juga: Dipantau di 22 Tempat, Hilal Syaban 1442 Hijriah Mulai Terlihat dari 8 Lokasi Pemantauan
Melansir laman SCMP, paspor vaksin berisi tentang informasi pribadi pemegang, terkait virus corona, tes antibodi, dan status inokulasi.
Upaya China ini pun mendapat pujian dari para diplomat asing. Namun, mereka mengkhawatirkan permasalahan transparansi data, yang bisa saja jadi penghalang untuk membuat paspor vaksin.
“Untuk memulai pemahaman bersama tentang vaksin, kita perlu benar-benar memahami apa itu vaksin China,” ujar Irit Ben Abba, Duta Besar Israel untuk China.
“Dan China mungkin ingin memahami efek dari vaksin yang kami gunakan,” katanya menambahkan.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit Merah Semakin Mengamuk, Tertinggi Capai Rp150 Ribu Per Kg
Baca Juga: Tegaskan Teddy Tak Punya Hak Atas Harta Warisan Lina Jubaedah, Rizky Febian: untuk Apa Dia Pegang
Pemerintah Israel, Yunani, Siprus, dan Seychelles telah mengizinkan masyarakatnya yang sudah divaksinasi untuk berkunjung ke China.
Namun saat ini negara-negara tersebut tengah menunggu kesepakatan dengan China. Tetapi kedua belah pihak harus berbagi informasi terkait vaksin yang digunakan pada setiap negara dan efeknya.
Sejauh ini China telah menyetujui empat vaksin yang dikembangkan dalam negeri, di antaranya dua vaksin produk China National Pharmaceutical Group, satu dari Sinovac BioTech, dan satu dari CanSino.
Kendati demikian, China masih enggan membagikan hasil uji klinis vaksin yang telah mereka produksi dan gunakan.
Beijing diperkirakan membutuhkan analisis data domestik sebelum mengenali vaksin yang dikembangkan di luar China.***