Ditekan Negara Tetangga, Pemberontak Myanmar Mengancam Akan Memperpanjang Konflik

31 Maret 2021, 17:49 WIB
Pihak pemberontak semakin memberi ancaman, ketika mendapat desakan dari negara tetangga. /SOCIAL MEDIA/via REUTERS

PR SOLORAYA - Negara Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menahan Kanselir Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021.

Saat ini kota-kota di seluruh pelosok Myanmar telah diliputi oleh aksi protes masyarakat kepada militer.

Banyak dari para pemberontak yang telah membanjiri perbatasan dan pengungsian untuk bersiap menggencarkan serangan besar terhadap militer.

Kelompok pemberontak Karen National Union (KNU) didapati telah berada di sepanjang timur perbatasan.

Baca Juga: Penemuan CVR Buat Penyebab Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Akan Segera Terungkap, Begini Prosesnya

Baca Juga: Anak Pertama Zaskia Sungkar Lahir, Shireen Sungkar: Diberi Kesulitan Lalu Ada Kemudahan

Oleh sebab itu, para pemberontak tidak mempunyai pilihan lain selain dengan menghadapi ancaman serius dari Junta militer.

Kiriman pesawat militer telah membom pemberontak Karen National Union(KNU) pada akhir pekan, hal ini menyebabkan sekitar 3.000 penduduk desa melarikan diri ke Thailand.

Namun seorang juru bicara dari Junta militer Myanmar tidak memberikan tanggapannya saat dimintai komentar di panggilan telepon.

Pertempuran juga menyerang bagian utara Myanmar untuk melancarkan aksi kepada pemberontak etnis Kachin dan pasukan pemerintah.

Negara Thailand sendiri memberikan bantahan tentang tuduhan dari para aktivis yang mengatakan bahwa pengungsi dipaksa kembali.

Baca Juga: [BREAKING NEWS] Seorang Terduga Teroris Ditembak di Mabes Polri Sore Ini

Baca Juga: Jualan Nasi Goreng Rp400 Juta, Sisca Kohl Kembali Bikin Heboh

Baca Juga: Pencarian Panjang, CVR Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang Jatuh pada Januari Lalu Akhirnya Ditemukan

Namun terdapat salah satu pejabat Thailand lainnya memberikan tanggapan.

Mereka mengatakan bahwa tentara telah mengirim sebagian besar pengungsi untuk kembali sebab dianggap aman oleh pihak Myanmar.

Menurut data dari Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) terdapat 653 pemberontak yang telah menjadi korban selama menentang aksi kudeta.

Sebanyak 512 warga sipil telah meninggal dalam tempo dua bulan, dan 141 mengalami luka berat.

Para militer juga menembak mati seorang pria di kota selatan Kawthaung, dan satu orang korban tewas di Myitkyina utara. 

Baca Juga: Aa Gym Mendadak Cabut Gugatan Perceraian dengan Teh Ninih, Ini Penjelasan Kuasa Hukum

Baca Juga: Penanganan Kasus Kekerasan Jurnalis Tempo Telah Dimonitori oleh Mabes Polri

Menurut kabar dari media sosial bahwa meskipun kekerasan terus meningkat tetapi ribuan pengunjuk rasa telah berhasil keluar dari situasi tersebut pada hari Selasa.

Dukungan terhadap Myanmar juga datang dari negara tetangga di Asia.

Seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura yang telah membicarakan tawaran bantuan kepada Myanmar.

"Indonesia mengecam keras tindakan semacam ini. Itu tidak bisa diterima,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat berkunjung ke Jepang dilansir Pikiranrakyat-Soloraya.com dari reuters.

Retno mengatakan jika keselamatan dan kesejahteraan rakyat Myanmar adalah yang terpenting. Sebab dapat membawa kembali demokrasi, perdamaian, dan stabilitas bagi Myanmar.***

Editor: Nopsi Marga

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler