Imbas Perang Rusia-Ukraina, PBB Klaim 1,7 Miliar Orang Bisa Menjadi Miskin dan Kelaparan

25 April 2022, 07:40 WIB
Ilustrasi. Imbas perang Rusia-Ukraina, PBB klaim 1,7 miliar orang bisa menjadi miskin dan kelaparan /Alexander Ermochenko/Reuters/

BERITASOLORAYA.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yakni António Guterres, memberikan peringatan yang peringatan yang memilukan, berkaitan dengan konflik Rusia dan Ukraina.

Ia mengatakan kematian dan kehancuran yang terjadi di konflik Rusia-Ukraina bisa membuat seperlima populasi dunia, bahkan hingga 1,7 miliar orang mengalami kelaparan dan kemiskinan.

Temuan dari ringkasan kebijakan terperinci pertama yang dikeluarkan oleh Global Crisis Response Group on Food, Energy, and Finance (GCRG) menunjukkan peristiwa yang terjadi di Ukraina juga mempengaruhi populasi global.

Baca Juga: Wajib Tahu! Inilah Alasan Penetapan NIP CPNS dan NI PPPK Guru Maupun Non Guru Belum Selesai, Resmi dari BKN

Dikutip BeritaSoloRaya.com melalui Mashable, hal tersebut juga dapat berimbas kepada negara berkembang, karena konflik Rusia dan Ukraina ini.

"Kita semua melihat tragedi yang terjadi di Ukraina. Namun di luar perbatasannya, perang Rusia-Ukraina telah meluncurkan serangan diam-diam ke negara berkembang. Krisis ini dapat menjerumuskan 1,7 miliar orang, lebih dari seperlima umat manusia, ke dalam kemiskinan dan kelaparan di skala yang tidak terlihat dalam beberapa dekade," Guterres memperingatkan.

Peringatan tersebut cukup mengkhawatirkan, namun bukan tanpa alasan. Ketika melihat angka-angkanya, kita dapat melihat masalah ini mengerikan.

Baca Juga: Kemendikbud Beri Kemudahan untuk Guru yang Punya Sertifikat Guru Penggerak

Sebab, Ukraina dan Federasi Rusia menghasilkan 30 persen gandum dan jelai dunia, seperlima jagungnya, dan lebih dari 50 persen minyak bunga mataharinya.

Ini semua adalah sebuah sumber makanan yang begitu penting, dimana begitu diandalkan para negara berkembang untuk memberi makan penduduknya.

Fakta di lapangan, 45 negara berkembang justru hanya mengandalkan gandum yang berasal dari negara Rusia dan juga Ukraina.

Ketika perang terjadi, nantinya tidak banyak kegiatan produksi, atau bahkan tidak ada sama sekali. Ini berarti kemiskinan dan kelaparan yang parah akan dirasakan bagi mereka yang kesulitan.

Baca Juga: Penampilan aespa di Coachella Menarik Perhatian Netizen, Begini Komentar Knetz

Karena rantai pasokan vital kini terhalang karena adanya perang, harga menjadi begitu mahal dan melonjak.

Bahkan di awal tahun 2022 saja, harga gandum dan juga jagung sudah naik sebanyak 30%. Untuk harga minyak mentah, sudah meningkat mencapai angka 60%. Di samping itu, mulai dari gas dan pupuk, harganya juga sudah naik mencapai lebih dari dua kali lipat.

Menurut Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva, krisis Ukraina juga akan menurunkan perkiraan 143 ekonomi, yang secara keseluruhan membentuk sekitar 86% dari PDB seluruh dunia.

Laporan GCRG, seperti yang dikatakan Guterres, memang menunjukkan kalau ada hubungan dan korelasi langsung untuk kenaikan harga pangan dengan adanya perang yang membuat dunia tidak stabil secara sosial dan politik.

Baca Juga: Alasan Chris Evans Dipilih sebagai Buzz Lightyear. Dari Captain America, Kini Jadi Astronot

Dunia tidak bisa menahan lebih lama lagi, maka negara-negara lain harus bertindak sekarang.***

Editor: Anbari Ghaliya

Sumber: Sea Mashable

Tags

Terkini

Terpopuler