PR SOLORAYA – Kudeta yang dilakukan militer Myanmar kepada pemerintahan dan sejumlah tokoh National League for Democracy (NLD) masih menjadi sorotan.
Meski mendapat tekanan dari negara-negara luar, militer Myanmar tak gentar menguasai negara yang baru menjadi negara demokratis sejak tahun 2010 itu.
Sejak kudeta dilakukan pada 1 Februari 2021 lalu, ratusan masyarakat mulai berani turun kejalan dan menyuarakan ketidaksetujuan mereka.
Namun, militer justru semakin kerasa dan tega menembaki para demonstran yang dinilai melawan.
Baca Juga: Cek Lokasi Pengembangan Wisata Borobudur, Ganjar Jadi Mandor Proyek
Ratusan orang menjadi korban kekejian kudeta militer yang dipimping Min Aung Hlaing itu.
Baru-baru ini, periah Nobel perdamaian 1996 Jose Ramos Horta ikut menyuarakan keprihatinannya atas kudeta di Myanmar.
Hal itu disampaikan Jose dalam diskusi virtual bertajuk Southeast Asian Region Hall on Myanmar pada Kamis, 8 April 2021 ini.