Memohon Bantuan Vaksin, Tenaga Medis Sudan: Kami Akan Kehilangan Lebih Banyak Dokter

- 13 April 2021, 18:19 WIB
Ilustrasi vaksin. Tenaga mesin Sudan menyatakan Sudan akan kehilangan lebih banyak dokter, ia menyatakan negaranya tengah menanti bantuan vaksin Covid-19.
Ilustrasi vaksin. Tenaga mesin Sudan menyatakan Sudan akan kehilangan lebih banyak dokter, ia menyatakan negaranya tengah menanti bantuan vaksin Covid-19. /Unsplash/Hakan Nural.



PR SOLORAYA - Seperti negara lain di sub-Sahara Afrika, Sudan telah berjuang untuk mendapatkan vaksin dan mendistribusikannya kepada dokter, perawat, dan pekerja medis lainnya yang berada di garis terdepan.

Sudan telah berjuang untuk mendapatkan vaksin yang diperuntukkan bagi staf medis di garis terdepan, sementara pelaporan jumlah korban Covid-19 masih kurang detail.

Dikutip PikiranRakyat-SoloRaya.com dari laman The Guardian pada Selasa, 13 April 2021 lebih dari 200 dokter, perawat, dan pekerja medis Sudan telah meninggal karena Covid-19.

Baca Juga: Jadwal Semifinal Piala Menpora 2021: Persija Vs PSM Makassar, Persib Vs PSS

Bahkan menurut sumber yang lebih dekat dengan Kementerian Kesehatan Sudan, angkanya dikabarkan tiga kali lipat lebih tinggi dari jumlah yang diketahui.

Dokter yang meninggal lebih banyak tenaga medis senior lanjut usia (lansia) dengan usia sekira 50-an dan 60-an bahkan lebih.
 
"Dokter kelelahan. Mereka harus bekerja di klinik meskipun sudah lanjut usia demi memenuhi biaya hidup dirinya dan keluarganya," kata Manal El-Degair, seorang dokter Sudan dan anggota Jisir.

Baca Juga: Sejajar dengan Bill Gates dan Elon Musk, 2 Pendiri Google Masuk Daftar Centibillionaires

Jisir adalah Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang berkampanye dalam menyediakan vaksin dan pengobatan medis lainnya di Sudan.

"Jika tidak ada yang bertindak sekarang untuk melindungi mereka dengan vaksin, kami akan kehilangan lebih banyak dokter pada gelombang ketiga," tuturnya.

"Orang cenderung fokus pada dokter tetapi jumlah perawat yang meninggal tidak diketahui, dan itu kerugian yang sangat besar. Dengan adanya Covid-19, peran perawat juga sangat penting," kata El-Degair menambahkan.

Baca Juga: Ayo Mengaji Ramadhan 2021: Baca Surat At-Tin, Arab, Latin, dan Artinya

Sudan telah mencatat 32.000 kasus dan 2.000 kematian, tetapi secara luas diyakini laporan tersebut hanya mencerminkan sebagian kecil dari jumlah sebenarnya.

Sebuah laporan dari para ilmuwan Tim Tanggap Covid-19 dari Imperial College London di Sudan, ditemukan fakta bahwa hanya sekira 2 persen kematian akibat Covid-19 di ibu kota Sudan, Khartoum.

Bulan lalu, Sudan menjadi negara pertama di kawasan Timur Tengah dan Afrika utara yang menerima dosis vaksin Covax melalui dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Baca Juga: Catat Tanggalnya! Persija Jakarta Siap Gelar Pesantren Kilat Ramadhan 2021 Bertema Sepak Bola

Sudan juga menerima pengiriman 828.000 dosis vaksin Oxford/AstraZeneca.

Menteri Kesehatan Sudan baru-baru ini mengatakan bahwa stok vaksintidak cukup, meskipun sebelumnya negara itu juga telah menerima 250.000 dosis vaksin Sinopharm dari Tiongkok.

Sudan hanya memiliki tiga dokter spesialis perawatan intensif, kurang dari 80 tempat tidur ICU, dan hanya ada 150 tempat tidur Covid khusus di Khartoum.

Baca Juga: Minim Kriminalitas, 7 Kota di Indonesia Ini Paling Aman Ditinggali, Solo Termasuk

"Banyak fasilitas dan rumah sakit umum kami tutup karena kekurangan kebutuhan dasar, bukan hanya APD atau staf terlatih. Itulah salah satu alasan mengapa begitu banyak dokter meninggal," kata seorang pejabat Kementerian Kesehatan Sudan yang tidak mau disebutkan namanya.

Hussain Gasim Abu-Eikar, seorang dokter di sebuah klinik khusus yang merawat korban Covid-19 di Khartoum, mengatakan banyak petugas kesehatan di Sudan tidak punya pilihan selain terus bekerja, karena mereka tidak punya cara lain untuk mencari nafkah.

Beberapa dokter mengeluh bahwa mereka hidup dari biaya yang diberikan oleh keluarganya karena tidak adanya gaji yang mereka terima.

Baca Juga: Enam Terduga Teroris dari Kelompok Kajian Villa Mutiara di Makassar Berhasil Diamankan Tim Densus 88

Pemerintah Sudan sebenarnya telah memberlakukan pelarangan pertemuan dalam skala besar dan kerumunan di tempat umum.

Namun hanya sedikit orang yang mempraktikkan hal tersebut, menjaga jarak, atau memakai masker.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x