PR SOLORAYA - Ketika orang-orang di Gaza memulai membangun kembali wilayahnya, setelah 11 hari pemboman oleh militer Israel yang menewaskan sedikitnya 254 warga Palestina dan merusak atau menghancurkan 80.000 rumah orang, pembersihan diplomatik lain tampaknya sedang dilakukan.
Dikutip dari PikiranRakyat-SoloRaya.com pada Sabtu, 29 Mei 2021, Duta Besar Israel untuk Uni Emirat Arab (UEA) menghadiri pembukaan pameran permanen pertama Semenanjung Arab yang didedikasikan untuk para korban Holocaust di Dubai pada Rabu lalu.
“Apa yang kita lihat di sini adalah kebalikan dari apa yang kita lihat di Gaza. Apa yang kita lihat di sini dalam keseluruhan proses normalisasi dan penyimpangan dari masa lalu," ungkapnya.
Baca Juga: Dituding Sumbang Dana Beli Rudal untuk Serang Israel, Atta Halilintar: Fitnah Apalagi Ini
Putra Mahkota Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, melangkah maju dan menawarkan untuk menengahi pembicaraan antara Israel dan Palestina dalam panggilan telepon dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.
Setelah menandatangani Perjanjian Abraham yang ditengahi Amerika Serikat tahun lalu, UEA menjadi ekonomi Arab terbesar yang menormalkan hubungan dengan Israel.
Di bawah perjanjian tersebut, Israel setuju untuk tidak mencaplok bagian Tepi Barat yang dianeksasi, tetapi tidak ada resolusi konflik Israel-Palestina.
Baca Juga: 10 Makanan Ini Wajib Dihindari agar Jerawat di Kulit Wajah Tidak Semakin Parah
Hamas menyebut perjanjian itu sebagai tikaman berbahaya bagi perjuangan Palestina, pada saat yang sama juga gerakan Fatah mengkritik UEA karena mengabaikan kewajiban nasional, agama dan kemanusiaannya terhadap rakyat Palestina.