Awal Tahun Baru 2022: Begini Prediksi Tren Keamanan Cyber, Soal Identitas Akun

- 1 Januari 2022, 06:10 WIB
Ilustrasi cyber crime
Ilustrasi cyber crime /Pixabay/

BERITASOLORAYA.com - Awal tahun baru 2022 diawali dengan beberapa hal. Mulai dari praktek resolusi hingga mencari sesuatu hal yang lebih baik.

Tak hanya pribadi, kelompok, beberapa perusahaan pun terkadang membuat prediksi pada awal tahun baru 2022 mendatang. Berdasarkan analisis dan pengamatan.

Prediksi awal tahun baru 2022, datang dari perusahaan cyber. Perusahaan tersebut memprediksi tren keamanan yang berlaku.

Baca Juga: Polisi Tembak Gas Air Mata Suporter Persis Solo: Silahkan Pulang, Menang atas Rans Cilegon

Salah satu perusahaan asal Singapura, Acronis memprediksi tentang keamanan cyber.

Pasalnya,  di bidang keamanan data dalam ranah global menyatakan prediksi mengenai masalah serta solusi keamanan. Hal itu ditunjukkan untuk sepanjang tahun 2022.

Laporan itu telah terdaftar dalam perusahaan Acronis Cyberthreats Reports 2022, memprediksi bahwa phising dan ransomware  yang masih diidentifikasi menjadi serangan cyber utama.

Baca Juga: Haul Gus Dur. Testimoni dari Berbagai Tokoh Agamawan, Negarawan hingga Seniman

Selain itu, masalah keuangan Kripto turut menjadi salah satu prediksi di tahun 2022.

Phising

Phising menjadi tren keamanan siber di tahun 2022. Hal tersebut menurut laporan Acronis.

Modus kejahatannya melalui email. Diperkirakan sekitar 94 persen malware dikirim dengan teknik rekayasa sosial.

Terkait teknis tersebut, pengguna email dapat mengelabui sehingga lampiran serta tautan berbahaya dibuka.

Baca Juga: Inilah Penyakit Gangguan Sistem Imun pada Anak yang Harus diwaspadai

Kejahatan ini sudah terjadi sangat lama. Bahkan, sebelum pandemi, menjadi masalah keamanan pertama di dunia cyber.

Tahun 2021, menurut data catatan Acronis menyatakan sekitar 23 persen lebih, terdapat pemblokiran email yang sudah mengirim phising.

Selain itu, 40 persen lebih malware lebih sering terjadi di kuartal ketiga ketimbang kuartal kedua.

Baca Juga: Timnas Indonesia Kalah Telak dari Thailand, Ini Alasan Dibalik Kekalahan Tersebut

Apalagi banyak masyarakat yang masih mempercayai pesan phising. Seringkali terjebak.

Ditambah lagi phising yang semakin meningkat. Awalnya hanya email kini merambah jadi aplikasi pesan atau messenger.
 
Kejahatan tersebut dilakukan untuk mengambil alih akun. Termasuk juga mengambil identitas hingga mendaftar kontak-kontak yang lain.

Baca Juga: Destinasi Wisata Umbul Sidomukti Kota Semarang

Ransomware

Masalah keamanan kedua selain Phising adalah ransomware. Kejahatan ini lebih luas, lebih komplit dan merugikan.

Pasalnya, masalah kejahatan ini mengarah pada pelaku UMKM serta bisnis besar. Mulai dari sektor publik, perawatan kesehatan, manufaktur, serta organisasi penting lain yang juga mengarah  dalam target bernilai tinggi.

Meskipun sudah diusahakan untuk menangani, masalah siber ini masih banyak. Bahkan menjadi salah satu masalah cyber yang paling gencar.

Baca Juga: Haul Gus Dur, Sambutan Yenny Wahid: Jokes Bukan Perkara Gus Dur Suka Guyonan Belaka.

Menurut Acronis, diperkirakan kerugian global akibat cyber  ransomware akan melebihi 20 miliar dolar AS. Hal tersebut terjadi sebelum akhir 2021 atau setara dengan Rp284 triliun.

Kripto

Masalah keamanan cyber selanjutnya adalah mata uang kripto. Saat ini menjadi sasaran favorit untuk para pelaku kejahatan cyber.

Malware dan infostealer dengan sangat terus menyerang para pemilik mata uang kripto. Tujuannya untuk menukar alamat dompet digital serta mendapatkan keuntungan dari hal itu.

Baca Juga: 12 Web Series Terbaik dengan Alur Cerita yang Unik

Untuk awal baru tahun 2022, terutama dalam kedepan, diprediksikan kejahatan ini semakin marak. Apalagi banyaknya masyarakat yang gencar investasi dalam bentuk digital.

“Serangan pada aplikasi, seperti Web 3.0  akan lebih sering terjadi serta serangan baru yang semakin canggih. Contohnya serangan pinjaman kilat akan memungkinkan penyerang menguras jutaan dolar dari kumpulan mata uang kripto,” menurut laporan dalam Acronis.

Saat mulai terjadinya pandemi Covid-19, mulai tahun 2019 menjadi salah satu peningkatan. Bahkan memicu serangan cyber di sejumlah aspek.

Baca Juga: Sedang Liburan di Bali, Fuji Nangis Ingat Mendiang Bibi Andriansyah dan Vanessa Angel

Contohnya banyak data yang bocor, pencurian identitas, hingga adanya serangan-serangan malware.

Adapun di Indonesia pernah juga mengalami hal tersebut. Namun, ranah global juga turut mengalami hal yang sama

Terkait hal itu, Indonesia berencana membuka Pusat Data Nasional untuk perlindungan keamanan dari Cyber. Selain itu, kesadaran masyarakat juga diperlukan.

Halaman:

Editor: Novrisia Yulisdasari

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x