“Akibat serangan itu, dua pegawai misi diplomatik tewas, dan ada juga korban yang merupakan warga negara Afghanistan,” kata pihak kementerian.
Khalid Zadran, seorang juru bicara kepolisian Kabul mengatakan bahwa empat orang lainnya yang tewas adalah warga sipil Afghanistan.
Rusia adalah salah satu negara yang masih mempertahankan kedutaannya di Kabul, Afghanistan setelah Taliban mengambil alih negara itu lebih dari setahun yang lalu.
Meskipun Rusia tidak secara resmi mengakui pemerintahan Taliban, mereka melakukan pembicaraan dengan para pejabat mengenai kesepakatan untuk memasok bensin dan komoditas lainnya.
Baca Juga: Resmi! Dokumen ini harus Disiapkan Non ASN Sebelum 30 September, untuk Pendataan Tenaga Honorer
Misi PBB di Afghanistan (UNAMA) mengutuk kejadian tersebut. Kejadian tersebut membuat UNAMA menekankan perlunya otoritas de facto untuk mengambil langkah-langkah untuk memastikan keselamatan dan keamanan rakyat serta misi diplomatik.
Menanggapi hal itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan mengatakan pasukan Taliban akan mengambil langkah serius untuk mengamankan kedutaan besar yang beroperasi di negaranya.
“Pemerintah (Taliban) memiliki hubungan dekat dengan Rusia. Kami tidak akan pernah membiarkan tindakan negatif yang dilakukan oleh musuh berdampak negatif pada hubungan kami,” kata Abdul Qahar Balkhi selaku juru bicara.
Baca Juga: Kejam! TKW Indonesia Disiksa Majikan Malaysia, Dubes RI Pantau Proses Hukum
Selama pemberontakan Taliban beberapa dekade dalam rangka melawan pemerintah Afghanistan yang didukung barat, pemboman yang terjadi di Kabul adalah hal biasa dalam beberapa tahun terakhir.