Sayyidah Nafisah, Guru Imam Syafi'i, Ulama Perempuan yang Terkenal karena Ilmu dan Ketaatannya

- 25 Juli 2022, 21:44 WIB
Ilustrasi Sayyidah Nafisah
Ilustrasi Sayyidah Nafisah /6335159/Pixabay/

BERITASOLORAYA.com- Sayyidah Nafisah merupakan salah seorang ulama perempuan. Ia menjadi guru Imam Syafi'i.

Tidak banyak yang mengenal sosok Sayyidah Nafisah dan berikut ini biografi Sayyidah Nafisah secara singkatnya.

Sayyidah Nafisah binti al-Hasan al-Anwar bin Zaid al-Ablaj bin al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, lahir di Makkah pada pertengahan bulan Rabi’ul Awal, tahun 145 H.

Sayyidah Nafisah adalah ulama perempuan yang terkenal dari keluarga nabi. Sayyidah Nafisah dikenal mempunyai ilmu pengetahuan, ahli ibadah, taat beragama dan berbudi pekerti luhur.

Baca Juga: Lirik Lagu Lewung Versi Sasya Arkhisna, Lagu Dangdut Koplo

Saat usia lima tahun, Sayyidah Nafisah dibawa orang tuanya ke Madinah untuk mengaji kepada sejumlah ulama perempuan dari kalangan sahabat dan tabi’in sampai menguasai berbagai ilmu.

Diantara ilmu yang dikuasai adalah Alquran, tafsir, hadis dan fikih. Hingga ia mendapat julukan “Nafisah al-‘Ilm wa karamah ad-darain”.

Julukan tersebut artinya adalah Nafisah sang ulama perempuan dan perempuan mulia di dunia dan akhirat.

Konon ia berjalan kaki, selama tiga tahun sambil berpuasa dan selalu melaksanakan shalat malam ke Makkah di setiap tahunnya untuk melaksanakan haji.

Keponakan Sayyidah Nafisah, Zainab menyampaikan kesaksiannya tentang ibadah bibinya tersebut.

Sayyidah Zainab, keponakannya tidak pernah melihat Sayyidah Nafisah tidur malam, selama empat puluh tahun. Waktu siang hari, tidak makan kecuali saat dua hari raya dan tiga hari tasyrik.

Dikatakan oleh Zainab bahwa Sayyidah Nafisah hafal Alquran dan mampu menafsirkannya, sehingga ia sering membaca Alquran sampai menangis.

Nama Sayyidah Nafisah tidak hanya terkenal di daerah Hijaz, namun juga Mesir dan negeri-negeri Timur Tengah lainnya.

Jamaah haji dari Mesir yang bertemu dengannya saat di Makkah dan Madinah, terkesan dengan pengetahuannya yang luas dan kepribadiannya yang baik.

Suatu hari Sayyidah Nafisah bersama suami, ayah, dan anak-anaknya berangkat ke Mesir di hari Sabtu, 26 Ramadhan 193 H

Saat Sayyidah Nafisah di Mesir masyarakat di sana ingin mengunjungi rumahnya hampir setiap hari untuk mendengarkan pesan-pesan atau ceramah-ceramahnya.

Ketika ia sudah merasa cukup tinggal di Mesir, ia berniat untuk kembali ke Madinah. Namun masyarakat Mesir merasa keberatan jika Sayyidah kembali ke Madinah.

Baca Juga: Persyaratan untuk Bisa Mendapakan Dana BOS Reguler, Satuan Pendidikan Harus Penuhi!

Lalu, saat Sayyidah Nafisah tidur, ia bermimpi bertemu kakeknya, Rasulullah SAW. Dalam mimpinya, Rasulullah memintanya agar menetap di Mesir.

Akhirnya ia memutuskan tetap tinggal di Mesir, ia tinggal di rumah yang dihibahkan Abdullah bin as-Sirri bin al-Hakam, Gubernur Mesir pada saat itu.

Sayyidah Nafisah menghabiskan waktunya untuk mengaji, mengajar, mendidik umat, dan beribadah kepada Allah.

Sosoknya gigih membela, melakukan advokasi, dan melindungi rakyat yang teraniaya oleh kekuasaan.

Pada tahun 198 Hijriyah, Imam Syafi’i datang ke Mesir, ia tinggal di sana lebih dari empat tahun.

Imam Syafi'i mengarang kitab-kitabnya yang bagus dan penuh makna sehingga namanya dikenal. Karena hal itu juga, orang-orang menerima dan mencintainya.

Tersebarlah mazhab Imam Syafi'i di tengah-tengah mereka. Imam Syafi’i suatu ketika meminta untuk bertemu dengan Sayyidah Nafisah.

Sayyidah Nafisah mendengar tentang kebesaran Imam Syafi’i, ia senang mendengar keinginan sang imam dan menyambutnya dengan penuh kegembiraan.

Setelah itu, mereka sering melakukan pertemuan-pertemuan. Hubungan mereka semakin erat.

Terdapat riwayat yang mengatakan tentang Imam Syafi’i yang sering bersama Sayyidah Nafisah ketika di Mesir:

“Ulama yang paling sering bersamanya dan mengaji kepadanya, justru dalam statusnya sebagai tokoh besar dalam fikih.”

Imam Syafi’i dan Sayyidah Nafisah sering melakukan shalat tarawih bersama. Imam Syafi’i selalu pergi ke tempat Sayyidah Nafisah, ia selalu meminta do’a kepada Sayyidah Nafisah dan mengharap berkahnya.

Baca Juga: Guru Lulus Passing Grade Harus Tahu! Informasi Absensi di Akun SSCASN Ternyata Hoaks, Begini Kata BKN

Imam Syafi’i mendengarkan hadist darinya. Imam Syafi'i, jika sakit, ia mengutus muridnya sebagai penggantinya.

Suatu waktu, Imam Syafi’i menderita sakit. Ia lalu mengirim utusan untuk memintakan do’a dari Sayyidah Nafisah untuknya.

Namun, Sayyidah Nafisah berkata kepada utusan itu: “Allah membaguskan perjumpaan-Nya dengannya dan memberinya nikmat dapat memandang wajah-Nya yang mulia.”

Utusan tersebut saat kembali, lalu mengabarkan yang dikatakan Sayyidah Nafisah, Imam Syafi’i sadar bahwa perjumpaan dengan Tuhannya semakin dekat.

Imam Syafi’i memberikan wasiat agar Sayyidah Nafisah mau menyalatkan jenazahnya bila ia wafat.

Akhir Rajab tahun 204 Hijriyah, Imam Syafi’i wafat, Sayyidah Nafisah pun melaksanakan wasiatnya.

Jenazah Imam Syafi’i dibawa dari rumahnya kota Fusthath ke rumah Sayyidah Nafisah. Di situlah dishalatkan dengan Imam adalah Abu Ya’qub al-Buwaithi, salah seorang sahabat Imam Syafi’i.

Bertambahnya usia Sayyidah Nafisah, ia sering sakit. Hari Jumat, tanggal 15 Ramadhan 208 H, sakitnya semakin parah.

Saat itu, para sahabat dekat Sayyidah Nafisah mengatakan bahwa mereka melihat Sayyidah Nafisah membaca surah Al-An’am.

Baca Juga: Apakah Taman Kanak-Kanak Bisa Menerima Dana BOP PAUD Reguler? Temukan Jawabannya di Sini...

Ketika bacaan surah Al- An'am sampai ayat: “Lahum dar as-salam ‘inda rabbihim”, ruhnya lepas dari tubuhnya. Ia pulang ke pangkuan Tuhannya.

Sayyidah Nafisah dimakamkan di suatu tempat di dalam masjid besar yang disebut dengan Jami’ Sayyidah Nafisah.***

Editor: Rita Azlina

Sumber: Ma'had Aly Sa'idusshiddiqiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x