Network
BERITASOLORAYA.com- Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu dari Khulafaur Rasyidin setelah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab.
Ali bin Abi Thalib nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdul Manaf bin Qushaiy bin Killab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadr bin Kinanah.
Ali bin Abi Thalib lahir pada tahun kesepuluh sebelum kenabian dengan nama Asad yang diambil dari nama kakeknya jalur ibu.
Ia merupakan anak dari Abi Thalib bin Abdul Muthalib dan Fatimah binti Asad sebagai ibunya.
Baca Juga: Info PPPK 2022: Link Pendaftaran untuk Guru Honorer Lewat SSCASN, Cek Segera!
Nama Asad tidak berlangsung lama, sebab ayahnya Abi Thalib tidak tertarik dengan nama itu, akhirnya diganti dengan nama Ali.
Ali bin Abi Thalib merupakan menantu Rasulullah SAW yang menikah dengan putri tercintanya, yaitu Fatimah Az-Zahra binti Muhammad.
Ali juga merupakan keponakan Rasulullah SAW bertemu pada kakek, yaitu Abdul Muthalib.
Postur tubuh Ali bin Abi Thalib tidak terlalu tinggi, jenggotnya lebat dan putih, kulitnya sawo matang, dan sosoknya sering membuat syair.
Ali bin Abi Thalib juga dikenal dengan sebutan Abu As-Sabthain (ayah dua cucu Rasulullah SAW).
Ali bin Abi Thalib merupakan juru tulis Rasulullah SAW, ia sering menulis surat yang didikte oleh Rasulullah SAW sendiri.
Sebab kepandaiannya, Ali bin Abi Thalib dijuluki dengan babul ilmi atau gerbang pengetahuan.
Baca Juga: Cek Kabar Gembira dari Kemdikbud untuk Guru Sertifikasi dan Non Sertifikasi, Ada Program Baru ini
Para sahabat juga mengakui kecerdasan Ali bin Abi Thalib.
Ibnu Sa’ad menyampaikan sebuah riwayat dari Abu Hurairah, ia berujar bahwa Umar berkata, “Ali adalah yang terpandai dalam masalah hukum di antara kami.”
وأخرج عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال عمر بن الخطاب: علي اقضانا
Selain mempunyai kepandaian Ali bin Abi Thalib juga merupakan sosok sahabat yang pemberani.
Ali selalu ikut perang kecuali Perang Tabuk, saat itu ia diminta Rasulullah SAW untuk menjaga keluarga beliau di Madinah.
Di berbagai peperangan Ali selalu diberi kehormatan untuk membawa panji-panji perang, salah satunya saat Perang Khaibar dengan 1600 personil dari kalangan orang Muslim.
Satu hari sebelum menuju Perang Khaibar, Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabat beliau :
“Sungguh besok akan ku percayakan panji-panji kepada orang yang melalui dirinya khaibar ditaklukan.
Ia dicintai Allah SWT dan Rasul-Nya sebagaimana ia mencintai Allah dan Rasulullah.”
Malamnya, para sahabat membicarakan tentang siapa yang beruntung mendapat kehormatan mambawa panji-panji perang.
Ketika terbit fajar, Rasulullah bertanya, “Dimana Ali?”. Mereka menjawab, “Ia sedang sakit mata.”
Rasulullah saw bersabda, “Datangkan ia ke sini.”
Para sahabat kemudian menjemput Ali, datanglah Ali dihadapan Rasulullah kemudian mata Ali diolesi ludah Rasulullah.
Seketika itu matanya sembuh. Rasulullah SAW, lalu menyerahkan panji-panji perang kepada Ali.
Pada tahun 622 M/1 SH para kaum Musyrikin melaksanakan rencana pembunuhan Rasulullah SAW.
Saat malam telah tiba, mereka bergerak mengintai kediaman Rasulullah SAW.
Rasulullah mengetahui rencana tersebut dari Malaikat Jibril kemudian meminta Ali bin Abi Thalib untuk menggantikannya tidur di ranjang Rasulullah SAW.
Atas izin Allah, Rasulullah menerobos kepungan mereka yang saat itu penglihatannya dicabut oleh Allah SWT.
Baca Juga: Skema Pengangkatan Non ASN atau Tenaga Honorer, ini Permintaan Komisi II DPR RI
Alhasil mereka tidak melihat bahwa Rasulullah SAW telah keluar rumah.
Pada hari jum’at tanggal 17 Ramadhan 40 H, Abdullah bin Muljam, berhasil menebas pedangnya yang dilumuri racun di badan Ali bin Abi Thalib, dan akhirnya ia meninggal dunia.
Wallahu A'lam.***
