Akibat curah hujan yang tinggi ini mengakibatjan larva yang menyemburkan awan panas dari erupsi Gunung Semeru.
“Terkait ini tadi ketidakstabilan dari endapan atau lidah larva ya gimana ini mungkin disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sehingga ini memicu larva yang tadi ada di sana itu apa namanya menyebabkan erupsi atau guguran daripada awan panas,” jelas dia.
Selain itu, Eko juga menjelaskan adanya kejadian erupsi Gunung Semeru tidak diakibatkan karena gempa atau pergeseran lempeng tektonik.
Melainkan adanya peningkatan dari suplai magma berupa bebatuan dari Gunung Semeru.
“Jadi kalau dari sisi kegempaannya ini relatif rendah artinya ini tidak ada proses asosiasi terkait peningkatan adanya suplai magma atau batuan permukaan,” kata Eko.
Eko berharap dirinya beserta tim yang bekerja di Pos Pengamat pada akitivitas Gunung Semeru dapat memantau terus terkait perkembangan pergerakan dari Gunung Semeru.
“ Mudah-mudahan kita tim, para pengamat di Pos Pengamaat Gunung Api Semeru ini kami bekerja 24 jam untuk mengamati ini jadi kalau sewaktu-waktu ada peningkatan dari aktivitas Gunung Semeru,” ujar Eko.
Nantinya Eko akan berkoordinasi dengan tim dari BPBD, BNPB, serta Pemerintah Daerah guna mengantisipasi terkait tindakan selanjutnya dari bencana alam erupsi Gunung Semeru.
Baca Juga: Bagi Pengusaha, 3 Teknik Psikologi Harga Ini Harus Dipelajari