Kepala Badan Geologi ESDM Menyebutkan Adanya Erupsi Gunung Semeru Diakibatkan Curah Hujan Yang Tinggi

- 5 Desember 2021, 17:48 WIB
Warga dan relawan mengevakuasi hewan ternak yang terjebak di kandang di Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Minggu 5 Desember 2021. Letusan gunung Semeru mengakibatkan sebagian hewan ternak milik penduduk di kawasan tersebut mati karena terlambat dievakuasi dan terkena awan panas atau tertimpa reruntuhan kandang.
Warga dan relawan mengevakuasi hewan ternak yang terjebak di kandang di Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Minggu 5 Desember 2021. Letusan gunung Semeru mengakibatkan sebagian hewan ternak milik penduduk di kawasan tersebut mati karena terlambat dievakuasi dan terkena awan panas atau tertimpa reruntuhan kandang. /Antara/Ari Bowo Sucipto

 

BERITASOLORAYA.com -Kepala Badan Geologi ESDM, Eko Budi Lelono menyampaikan aktivitas Gunung Semeru terbilang rendah sejak tanggal 1 hingga 3 Desember.  

Hal ini Eko sampaikan dalam kesempatan siaran Pers perkembangan pasca erupsi Gunung Semeru secara daring, pada hari Sabtu, 4 Desember 2021.

“Terkait dengan kegempaan ya ini terkait rendah sejumlah tempaan kalau kita lihat dari tanggal 1 sampai tanggal 3 Desember bahkan juga dari tanggal 1 sampai tanggal 30 November,” kata dia.

Lebih lanjut Eko menyebutkan dalam aktivitas Gunung Semeru tidak ada peningkatan material berupa suplai magma.

Baca Juga: Merasa Difitnah Soal Bukan Ayah Kandung, Doddy Sudrajat Siap Ambil Jalur Hukum

Eko menilai bahwa kejadian erupsi Gunung Semeru indikasinya berasal dari faktor eksternal Gunung Semeru.

 “Ini memperlihatkan nyatanya tidak ada penambahan material dari bahan lagi itu suplai magma itu keliatannya tidak bukan itu arahnya tapi kejadian kemarin ini kaitannya memang ada juga faktor dari luar,” ujar Eko.

Sementara itu, Eko menginformasikan adanya ketidakstabilan dari lidah larva dinilai dari curah hujan yang tinggi selama belakangan ini.

Akibat curah hujan yang tinggi ini mengakibatjan larva yang menyemburkan awan panas dari erupsi Gunung Semeru.

“Terkait ini tadi ketidakstabilan dari endapan atau lidah larva ya gimana ini mungkin disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sehingga ini memicu larva yang tadi ada di sana itu apa namanya menyebabkan erupsi atau guguran daripada awan panas,” jelas dia.

Selain itu, Eko juga menjelaskan adanya kejadian erupsi Gunung Semeru tidak diakibatkan karena gempa atau pergeseran lempeng tektonik.

Baca Juga: Kasus Kejahatan Digital Bertambah Selama Pandemi, Menteri PPPA Himbau Para Orangtua Untuk Berhati-hati

Melainkan adanya peningkatan dari suplai magma berupa bebatuan dari Gunung Semeru.

“Jadi kalau dari sisi kegempaannya ini relatif rendah artinya ini tidak ada proses asosiasi terkait peningkatan adanya suplai magma atau batuan permukaan,” kata Eko.

Eko berharap dirinya beserta tim yang bekerja di Pos Pengamat pada akitivitas Gunung Semeru dapat memantau terus terkait perkembangan pergerakan dari Gunung Semeru.

“ Mudah-mudahan kita tim, para pengamat di Pos Pengamaat Gunung Api Semeru ini kami bekerja 24 jam untuk mengamati ini jadi kalau sewaktu-waktu ada peningkatan dari aktivitas Gunung Semeru,” ujar Eko.

Nantinya Eko akan berkoordinasi dengan tim dari BPBD, BNPB, serta Pemerintah Daerah guna mengantisipasi terkait tindakan selanjutnya dari bencana alam erupsi Gunung Semeru.

Baca Juga: Bagi Pengusaha, 3 Teknik Psikologi Harga Ini Harus Dipelajari

“Tentu nanti akan kami informasikan, koordinasikan dengan Bapak-Ibu dari BPBD BNPB juga dari pemerintah daerah supaya nanti ada kira-kira bisa mengatisipasi tindakan untuk selanjutnya seperti apa begitu,” kata dia.

Editor: Inung R Sulistyo

Sumber: Youtube BNPB Indonesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah