Mohammad Yamin, Pahlawan Nasional di Balik Lahirnya Sumpah Pemuda, Pancasila dan Bahasa Persatuan Indonesia

28 September 2021, 10:56 WIB
Biografi Muhammad Yamin, pahlawan Nasional dan juga pelopor puisi modern /www.masrofiq.com

BERITASOLORAYA.com - Hampir semua Masyarakat Indonesia mengetahui tentang Sumpah Pemuda. Namun, tak semua mengetahui tentang sosok dan kisah hidup Moh Yamin, salah satu sosok penting di balik ikrar Sumpah Pemuda yang biografinya akan kami sajikan di dalam artikel ini.

Muhammad Yamin lahir pada tanggal 24 Agustus 1903 di Sawahlunto, Sumatera Barat. Yamin sendiri merupakan pahlawan nasional, budayawan, dan aktivis hukum terkenal di Indonesia. M. Yamin memiliki pendidikan yang lengkap.

Pendidikannya dimulai ketika ia bersekolah di Hollands Indlandsche School (HIS). Setelah lulus HIS, Yamin melanjutkan pendidikan ke sekolah guru di Bukittinggi. Setelah itu, ia merantau ke Pulau Jawa dan meneruskan pendidikannya di Sekolah Pertanian dan Peternakan Bogor.

Tak sampai  disitu saja, Muh. Yamin juga lemajutkan Sekolah Dokter Hewan Bogor, hingga AMS.

Muhammad Yamin https://lk2fhui.law.ui.ac.id/

Seusai lulus dari AMS, pada tahun 1927, ia kuliah di Sekolah Hakim Tinggi Jakarta. Yamin kemudian lulus kuliah pada tahun 1932 dan mendapatkan gelar Meester in de Rechten (Sarjana Hukum) dari sekolah kehakiman (Reeht Hogeschool) Jakarta.

Baca Juga: Salah Satu Hotel Tertua Kota Solo Akan Diubah Jadi Hotel Bintang Lima

Sebenarnya karir M. Yamin di dalam dunia politik dimulai ketika ia diangkat sebagai ketua Jong Sumatera Bond pada tahun 1926 sampai 1928. Ketika menjadi ketua Jong Sumatera Bond, M. Yamin mulai menampakkan kemampuan pemikirannya yang sudah matang dengan diterimanya usulan draft yang saat ini menjadi “Sumpah Pemuda”.

Saat di huibungi malalui telepon selular K.R.M.H. Roy Rajasa Yamin, yang merupakan cucu dari M. Yamin menceritakan kepada beritasoloraya.com Muh. Yamin juga Menggagas konsep Sumpah Pemuda, M. Yamin terlibat aktif dalam Kongres Pemuda I (30 April – 2 Mei 1926).

Sebelum memasuki tahun 1900-an, t Nusatara sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Repubik Indonesia (NKRI) tahun 1945, masyarakat masih sangat dipengaruhi oleh semangat kesukuan.

Dikakerakan kurangnya semangat persatuan itulah yang menjadikan perjuangan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajah menjadi kurang efektif.

Setelah Sumpah Pemuda diikrarkan, seluruh masyarakat Indonesia dari beragam suku mulai saling bergotong-royong untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa. Mengingat masing-masing daerah memiliki bahasa yang berbeda, dibutuhkan satu bahasa yang sama untuk lebih memudahkan komunikasi antarsuku. Oleh sebab itu, Mohammad Yamin kemudian mengusulkan bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu sebagai bahasa nasional

Dalam pertemuan pertama itu pun dia mengusulkan untuk penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. M. Yamin memang gandrung pada persatuan dan kebesaran Indonesia, obsesi yang juga dipendam Soekarno.

Tak sekadar menggagas wilayah Indonesia dan mengusulkan Sumpah Pemuda, M. Yamin memiliki andil dalam pembuatan lambang Garuda Pancasila dan syair “Indonesia Raya”, juga dipercaya menemukan kata “Pancasila” itu sendiri. Ungkap Roy, Selasa, 28 September 2021.

Dalam buku tersebut, M. Yamin menyatakan pada 29 Mei 1945 ia telah menyampaikan Rancangan UUD yang sistematik dan bab-babnya mirip dengan UUD 1945, yang baru disusun pasca-kemerdekaan.

Mr. Sujono Hadinoto, LN Palar, Mr. M. Yamin dan Mr. Joesoef Wibisono. K.R.M.H H. Roy Rajasa Yamin

Cucu Pahlawan nasional itu lebih lanjut menceritakan hubungan asamara Mohammad Yamin bertemu dengan seorang wanita bernama Raden Ajeng Siti Sundari saat sedang berada di Surakarta.

 Sejak saat itu, ia pun jatuh hati pada gadis bangsawan asal Kadilangu, Demak yang lebih muda dua tahun darinya tersebut. Jatuh cinta rupanya juga membuat Yamin bersemangat mempelajari budaya Jawa.

Hubungan Yamin dan Siti Sundari bertambah dekat karena Sundari kemudian pindah ke Bandung dan Yamin sekolah hukum di Jakarta.

Pertemuan Yamin dan Sundari yang kebetulan sama-sama terlibat dalam Kongres Pemuda juga membuat hubungan mereka semakin mensra.

Mohammad Yamin bukan hanya merupakan politikus dan ahli hukum andal, melainkan juga seorang sastrawan, budayawan, dan sejarawan. Jadi, selain di bidang politik, ia juga telah menghasilkan berbagai karya seperti yang kami rangkum dalam biografi Moh Yamin ini.

Baca Juga: Suksesi Mangkunegara, Ini Sosok Kandidat Pewaris Takhta

Tahun 1920, ia memulai kariernya sebagai penulis. Saat itu, karya-karyanya yang ditulis dalam bahasa Melayu dimuat dalam jurnal Jong Sumatranen Bond. Lalu pada 1922, untuk pertama kalinya, karyanya yang berupa puisi diterbitkan. Karya berjudul Tanah Air yang merupakan himpunan puisi modern Melayu pertama itu mengisahkan tentang tanah Minangkabau.

Setelah itu, ia mulai aktif menghasilkan karya-karya selain puisi. Dengan kegemarannya terhadap bidang sejarah, budaya, dan sastra, Moh Yamin menghasilkan berbagai tulisan yang meliputi naskah drama, novel, dan biografi. Berikut daftar karyanya yang sudah dipublikasikan.

  1. Tanah Air (1922)
  2. Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
  3. Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
  4. Sedjarah Peperangan Dipanegara (1945)
  5. Tan Malaka (1945)
  6. Gadjah Mada (1948)
  7. Sapta Dharma (1950)
  8. Revolusi Amerika (1951)
  9. Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia (1951)
  10. Bumi Siliwangi (1954)
  11. Kebudayaan Asia-Afrika (1955)
  12. Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demokrasi (1956)
  13. Atlas Sejarah dan Lukisan Sejarah (1956)
  14. 6000 Tahun Sang Merah Putih (1958)
  15. Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar (1960)
  16. Ketatanegaraan Madjapahit (1962)

 Baca Juga: Suksesi Mangkunegaran, Muncul Nama Baru Selain Paundrakarna dan Bhre Cakrahutomo

Setelah beberapa tahun menjalin kedekatan, Sundari dinikahi Yamin pada 1937. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang dinamakan Dang Rahadian Sinayangsih Yamin.

K.R.M.H H. Roy Rajasa Yamin semasa kecil bersama kedua orang tua pasangan Dang Rahadian Sinayangsih menikah dengan Gusti Raden Ayu Retno Satuti, putri Mangkunegoro VIII K.R.M.H H. Roy Rajasa Yamin

Setelah dewasa, Dang Rahadian Sinayangsih menikah dengan Gusti Raden Ayu Retno Satuti, putri Mangkunegoro VIII dan memiliki dua anak, yaitu Bandoro Raden Mas (BRM) Roy Rahajasa Yamin dan Bandoro Raden Mas (BRM) Jayanegara Yamin.

 

 

Editor: Inung R Sulistyo

Tags

Terkini

Terpopuler