BERITASOLORAYA.com – Pasukan bunuh diri Indonesia ini dibentuk oleh Jepang yang membuktikan aksinya untuk bunuh diri dalam perang kemerdekaan. Pasukan ini terinspirasi dari pasukan bunuh diri Kamikaze Jepang.
Jepang memang sempat membentuk barisan bunuh diri atau yang dikenal dengan Jibakutai di Indonesia pada 8 Desember 1944.
Jibaku kemudian diserap sebagai kata Indonesia yang artinya ‘menyerang musuh dengan jalan menubrukkan dirinya pada musuh; bertindak nekat’.
Jadi pasukan bunuh diri Jibakutai adalah pasukan yang sudah dipersenjatai dengan bom atau alat peledak lainnya yang siap untuk diarahkan pada musuh. Tindakan ini termasuk ke dalam tindakan yang nekat karena dianggap juga dengan bunuh diri.
Baca Juga: Sentra Abiyoso Kemensos RI Gelar Bazar Ramadan, Peserta Banyak, Pengunjung pun Membludak
Total jumlah pasukan bunuh diri Jibakutai mencapai 50.000 orang. Jibakutai didirikan di beberapa daerah, salah satunya di Bali. Jibakutai yang ada di Bali disebut dengan Bo’ei Teisin Tai.
Pada Desember 1944, pihak berwenang Jepang melaporkan bahwa orang Bali meminta untuk bergabung dengan Bo’ei Teisin Tai.
“Tercatat bahwa para intelektual, kebanyakan guru sekolah, redaktur media massa, dan lainnya ialah mayoritas nama-nama yang terdaftar.
Kesatuan Bo’ei Teisin Tai yang pertama berdiri di Maret 1945,” tulis sejarawan Geoffrey Robinson dalam ‘Sisi Gelap Pulau Dewata’.
Lebih lanjut, di dalam tulisan Geoffrey Robinson dalam ‘Sisi Gelap Pulau Dewata’ tersebut juga dijelaskan bahwa di bulan Juni 1945, pasukan bunuh diri Jibakutai yang kedua bertolak dari Buleleng ke Gianyar untuk latihan.
Walaupun namanya sebagai pasukan berani mati, namun Jibakutai masih seperti barisan semimiliter yang lain dari bentukan Jepang. Jadi pasukan bunuh diri ini dipersiapkan hanya sebagai pendukung tentara Jepang.
“Harus diperhatikan bahwa satuan ini dipersenjatai dengan bambu runcing. Tujuan melatih kelompok ini adalah untuk mendukung perang, bukan ikut serta secara militer sebagai satuan tempur,” tulis sejarawan Joyce C. Lebra dalam ‘Tentara Gemblengan Jepang’.
Bahkan, sejarawan Nugroho Notosusanto juga menegaskan bahwa Jibakutai tidak pernah mempunyai eksistensi yang nyata sebagai organisasi monolitis seperti yang lain-lain.
Pasukan bunuh diri ini lebih merupakan kepada tekad pemuda Indonesia untuk mempertahankan tanah airnya dari musuh.***