Awal mula tradisi Dandangan untuk mengawali Ramadan dimulai ketika Sunan Kudus menyebarkan agama Islam di Kabupaten Kudus. Sunan Kudus merupakan satu dari kesembilan Wali Songo yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa pada abad ke 14.
Baca Juga: UMKM Jadi Lebih Mudah Dapatkan Sertifikasi Halal karena Hal Ini, Simak Selengkapnya
Tradisi menabuh bedug berawal ketika Sunan Kudus beserta murid-muridnya melantunkan salawat dan pujian-pujian yang ditujukan kepada Allah SWT. Pembacaan doa juga diiringi suara tabuhan bedug di menara Masjid Al-Aqsa.
Suara bedug yang beriringan membuat penduduk sekitar tertarik untuk datang, berkumpul bersama sambil menunggu pengumuman datangnya bulan puasa melalui tabuhan beduq yang dilakukan oleh Sunan Kudus dari atas menara.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) Em Najib Hasan menyebutkan pelaksanaan menabuh bedug Blandrangan menjadi upaya melestarikan tradisi ramadan yang dilaksanakan oleh Sunan Kudus.
Baca Juga: Pengamat Kepolisian Sebut Kejanggalan dalam Hukuman Calo Bintara
Tradisi Blandangan menjadi daya tarik di masa lalu karena murid-murid kerap menunggu pengumuman datangnya bulan suci yang diberikan oleh Sunan Kudus dari atas menara.
"Setiap akhir bulan Syaban, Sunan Kudus mengumumkan awal Ramadhan di atas Menara Kudus, sehingga warga berbondong-bondong menuju kompleks Menara Kudus untuk menunggu pengumuman tersebut, serta ada yang memanfaatkannya untuk berjualan, hingga tercipta lah tradisi jualan Dandangan," katanya.
Di masa kini, tradisi tersebut diikuti oleh warga Desa Kauman hingga Kecamatan Kota. Mereka kerap mengawali tradisi menabuh bedug blandrangan dengan berziarah ke Makam Sunan Kudus.