Setelah Berhasil Serang Kilang Minyak, Yaman Dikabarkan Targetkan Pangkalan Udara Arab Saudi

26 April 2021, 09:48 WIB
Bendera Yaman. Yaman kini menargetkan pangkalan udara Arab Saudi, sebelumnya negara tersebut dikabarkan berhasil menyerang sebuah kilang minyak. /Pixabay/Kaufdex.

PR SOLORAYA - Kelompok Houthi di Yaman mengatakan bahwa mereka menargetkan pangkalan udara di Arab Saudi bagian selatan dengan pesawat tak berawak bermuatan bahan peledak.

"Pesawat nirawak (UAV) berhasil menargetkan ulang Pangkalan Udara Raja Khalid di daerah Khamis Mushait pada Jumat pagi dengan pesawat tak berawak 2K Qasef," kata Yahya Saree, juru bicara militer Houthi.

Saree mengatakan pesawat tak berawak itu mencapai posisi yang penting di pangkalan udara, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-SoloRaya.com dari laman Middle East Monitor pada Minggu, 25 April 2021.

Baca Juga: Wali Kota Gibran Izinkan Warga Solo Jual Takjil selama Ramadhan 2021 dengan 2 Syarat Berikut Ini

Dia menambahkan bahwa ini terjadi sebagai tanggapan atas agresi dan blokade berkelanjutan yang diberlakukan di negaranya (Yaman).

Sedangkan pihak koalisi yang dipimpin Arab Saudi di Yaman belum mengomentari klaim Houthi tersebut.

Sebelumnya, selain menargetkan perusahaan minyak Saudi Aramco di Jazan selatan, Houthi juga menargetkan Pangkalan Udara Raja Khalid menggunakan tiga drone jebakan.

Baca Juga: Hubungannya dengan Sule Semakin Buruk Setelah Keluarga Ikut Campur, Nathalie Holscher: Aku Ingin Bahagia

Koalisi Arab Saudi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka berhasil mencegat ketiga drone milik Houthi.

Yaman telah dilanda kekerasan dan ketidakstabilan sejak 2014 ketika Houthi menguasai sebagian besar negara termasuk ibu kota Sanaa.

Krisis meningkat pada 2015 ketika koalisi pimpinan Arab Saudi meluncurkan serangan udara yang bertujuan untuk menggulung kembali keuntungan teritorial Houthi.

Baca Juga: Harga Fantastis Anting Nagita Slavina Buat Heboh, Netizen: Rumah Gelantungan di Kuping

Perang yang disebut Perang Saudara Yaman ini melibatkan dua faksi, Abdrabbuh Mansur Hadi memimpin pemerintah Yaman dan gerakan bersenjata Houthi yang dipimpin mantan presiden Ali Abdullah Saleh.

Kedua fraksi sama-sama mengklaim sebagai pemerintah resmi Yaman.

Sejak itu, hal tersebut menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia akibat ulah manusia, dengan 80 persen populasi membutuhkan bantuan dan perlindungan.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: Middle East Monitor

Tags

Terkini

Terpopuler