Rekaman Wawancara Bocor, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei Beri Teguran Langsung kepada Menlu Iran

3 Mei 2021, 11:25 WIB
Bendera Iran. /Pixabay/jorono.

PR SOLORAYA - Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei secara terbuka menegur Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran atas pernyataannya tentang perebutan kekuasaan internal dalam rekaman audio kontroversial yang bocor pekan lalu.

Khamenei mengatakan dalam pidato yang disiarkan langsung TV nasional Iran pada Minggu kemarin bahwa dia terkejut dan menyesal mendengar komentar Mohammad Javad Zarif tentang kekuatan dan pengaruh mendiang Mayor Jenderal Qassem Soleimani.

"Beberapa dari pernyataan itu adalah pengulangan topik pembicaraan musuh kita, kata-kata yang selalu diulang-ulang oleh Amerika," katanya sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Senin, 3 Mei 2021.

Baca Juga: Sentil Menteri Kesehatan hingga Presiden soal Lonjakan Kasus Covid-19, Pandu Riono: Waktu Pemerintah Terbatas

Dalam rekaman itu, Zarif mengatakan berulang kali bahwa Iran harus mengorbankan langkah diplomasi untuk apa yang dia sebut sebagai operasi the Field, sebuah operasi politik yang didorong oleh Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dan khususnya Pasukan Quds yang dipimpin oleh Soleimani.

Zarif juga mengatakan Jenderal Soleimani melakukan perjalanan ke Rusia untuk menyabotase kesepakatan nuklir Iran 2015 yang telah ditandatangani bersama.

Dikatakan juga, bahwa Soleimani mengeluh kepada para petinggi Iran karena ia tidak mengetahui banyak informasi, termasuk operasi Iran di Suriah dan Irak.

Baca Juga: Kapal Terbalik, 11 Orang Migran Tenggelam di Laut Libya Saat Mencoba Kabur ke Eropa

Pada pidatonya, Khamenei mengungkapkan alasan mantan Presiden Donald Trump memerintahkan pembunuhan Soleimani melalui serangan pesawat tak berawak pada Januari 2020 di Baghdad, salah satunya karena menguatnya pengaruh Iran di kawasan itu.

“Kita tidak boleh mengatakan hal-hal yang akan menyampaikan makna bahwa kita mengulangi apa yang mereka katakan, baik pada Pasukan Quds atau mengenai Soleimani,” kata pemimpin tertinggi itu.

Dia juga menegaskan bahwa kebijakan luar negeri Iran tidak dibuat oleh kementerian luar negeri, melainkan hanya dapat ditegakkan olehnya.

Baca Juga: Patuhi Aturan Pemerintah, Arya Saloka Tak Akan Mudik Lebaran 2021: Gak Bisa Kumpul Keluarga

Lebih lanjut, pernyataan Khamenei tentunya akan semakin menguatkan kelompok garis keras yang selama ini sudah sering mengecam kebijakan menteri luar negeri dan menyerukan pengunduran dirinya.

Meskipun tampaknya Zarif tidak mungkin untuk mengundurkan diri, terutama karena masa jabatannya berakhir dalam beberapa bulan kedepan dan sedang melakukan proses pembicaraan untuk memulihkan kesepakatan nuklir yang berlangsung di Wina saat ini.

Zarif telah berulang kali mengatakan bahwa dia tidak memiliki ambisi untuk menjadi kandidat dalam pemilihan presiden bulan Juni mendatang.

Baca Juga: Patuhi Aturan Pemerintah, Arya Saloka Tak Akan Mudik Lebaran 2021: Gak Bisa Kumpul Keluarga

Ia juga tidak tertarik untuk melanjutkan karirnya di Kementerian Luar Negeri Iran, ia berencana akan menjadi dosen di universitas.

Sebelumnya pada Minggu kemarin, Zarif meminta maaf kepada keluarga Soleimani atas rasa sakit yang mungkin dia timbulkan kepada mereka.

Justru menurutnya, komentarnya tidak dimaksudkan sebagai kritik pribadi terhadap Soleimani, tetapi sebagai pujian karena berjuang untuk membangun perdamaian di Afghanistan dan Irak dan memerangi kelompok bersenjata ISIS.

Baca Juga: Lapor ke Jokowi Soal Kendala Dunia Pendidikan, Nadiem Makarim Sebut Kesenjangan Masih Terasa

Di sisi lain, Presiden Iran Rouhani mengatakan awal pekan ini bahwa kebocoran rekaman audio adalah upaya untuk menyebarkan perpecahan oleh musuh negara untuk menyabotase upaya multilateral di ibu kota Austria untuk mencabut sanksi terhadap Iran dan mengekang program nuklir negara itu.

Rouhani memerintahkan kementerian intelijennya untuk mencari tahu siapa yang membocorkan rekaman itu, dan upaya serupa sedang dilakukan di pengadilan dan parlemen.

Presiden juga telah memecat Hesamodin Ashna, penasihat dan kepala Pusat Kajian Strategis kantor kepresidenan, karena dia bertanggung jawab dalam mengatur wawancara yang dilakukan dengan Zarif.***

Editor: Nopsi Marga

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler