Akibat Pelonggaran Pembatasan Covid-19, Badak di Cagar Alam Afrika Selatan Kembali Diburu

- 3 Mei 2021, 18:47 WIB
Ilustrasi Badak. Akibat Pelonggaran Pembatasan Covid-19, Badak di Cagar Alam Afrika Selatan Kembali Diburu.
Ilustrasi Badak. Akibat Pelonggaran Pembatasan Covid-19, Badak di Cagar Alam Afrika Selatan Kembali Diburu. /Pixabay

PR SOLORAYA - Taman margasatwa Afrika Selatan mengatakan perburuan badak kembali meningkat sejak pemerintah melonggarkan lockdown.

Pembatasan ketat, termasuk perjalanan internasional, yang diberlakukan pada Maret tahun lalu memiliki efek samping yang positif, yaitu berkurangnya para pemburu.

Pada tahun 2020, 394 ekor badak telah diburu, angka tersebut 30 persen lebih sedikit dari tahun sebelumnya dan total penghitungan tahunan terendah sejak 2011.

Baca Juga: Mudik Lokal di Solo Diperbolehkan, Gibran Imbau Pemudik Kantongi SIKM: Kami Permudah Semuanya

Tapi kemudian pemerintah Afrika Selatan mulai melonggarkan pembatasan perjalanan internasional pada November akhir tahun lalu sebagaimana dikutip dari Reuters pada Senin, 3 Mei 2021.

"Sejak November, Desember tahun lalu dan hingga 2021, lanskap ini dan khususnya Taman Nasional Kruger telah mengalami sejumlah besar insiden perburuan badak," kata Jo Shaw, Pemimpin Badak Afrika untuk Jaringan Internasional WWF.

Dia menolak untuk mengungkapkan berapa banyak insiden yang terjadi.

Baca Juga: Susan Sameh Naik Pitam ke Billy Syahputra: Ketemu Kamu Tuh Males Banget Rasanya

"Ada ancaman yang sangat nyata, karena tekanan perburuan meningkat sejak lockdown untuk memenuhi permintaan dari pasar internasional," ungkapnya.

Perburuan badak sering melibatkan pemburu lokal dan sindikat kriminal internasional yang menyelundupkan komoditas bernilai tinggi melintasi perbatasan, seringkali ke Asia di mana peminatnya paling tinggi.

Badak biasanya ditembak dengan senjata penenang sebelum tanduknya dipotong, sehingga hewan tersebut dibiarkan mati kehabisan darah.

Baca Juga: Larang Mudik karea Tak Mau Indonesia Bernasib Sama dengan India, Ganjar: Kita Harus Selalu Waspada

Di lain sisi, cagar alam mengeluhkan pemangkasan anggaran perawatan dan keamanan akibat pandemi Covid-19, salah satu dampaknya adalah berkurangnya patroli anti-perburuan.

Beberapa cagar alam menggunakan dehorning, yaitu pemotongan tanduk hewan ternak sebagai salah satu metode untuk mencegah pemburu gelap bersenjata mengambil keuntungan dari perjalanan lintas batas yang lebih mudah.

Banyak cagar alam yang bekerja sama dengan dokter hewan dalam proses dehorning tersebut. Misalnya, Cagar Alam Balule telah mencabut 100 badak sejak April 2019.

Baca Juga: Pemerintah Kota Bogor Resmi Larang Takbir Keliling, Sekda: Langsung Dibubarkan

Dilaporkan bahwa Kementerian lingkungan negara itu diperkirakan akan merilis angka perburuan setengah tahun 2021 pada akhir Juni mendatang.

"Karena lockdown dari waktu ke waktu semakin longgar, akibatnya terjadi peningkatan dalam perburuan," kata Julian Rademeyer, direktur observatorium kejahatan terorganisir untuk Afrika Timur dan Selatan di Inisiatif Global Melawan Kejahatan Terorganisir Transnasional.

Baca Juga: CEK FAKTA: Panglima TNI Dipecat Akibat Tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala-402

Direktur penegakan hukum di Kementerian Lingkungan Frances Craigie mengatakan bahwa Afrika Selatan memiliki sekitar 16.000 badak yang terletak di dalam perbatasannya.

Tapi perburuan yang tak henti-hentinya dan kekeringan di wilayah Timur Laut telah memukul keras populasi badak.

Laporan dari Taman Nasional Afrika Selatan menunjukkan data di Taman Nasional Kruger bahwa jumlah badak telah anjlok hampir lebih dari dua pertiga dalam dekade terakhir menjadi sekitar 3.800 pada 2019 dari 11.800 badak pada 2008.***

Editor: Linda Rahmadanti

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah