Netanyahu Gagal Penuhi Tenggat, Presiden Israel Tunjuk Lapid untuk Bentuk Pemerintahan Baru

- 6 Mei 2021, 12:45 WIB
Presiden Israel Reuven Rivlin menunjuk Yair Lapid untuk membentuk pemerintahan baru usai gagalnya Netanyahu dalam memenuhi tenggat.
Presiden Israel Reuven Rivlin menunjuk Yair Lapid untuk membentuk pemerintahan baru usai gagalnya Netanyahu dalam memenuhi tenggat. /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

PR SOLORAYA - Presiden Israel Reuven Rivlin telah menunjuk pemimpin oposisi Yair Lapid untuk membentuk pemerintahan baru, sebuah langkah yang mengarah pada berakhirnya pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Dikutip PikiranRakyat-SoloRaya.com dari Al Jazeera pada Kamis, 6 Mei 2021, Reuven Rivlin mengumumkan keputusannya melalui siaran langsung televisi nasional pada Rabu malam 5 Mei 2021, sehari setelah Netanyahu gagal menyusun koalisi pemerintahan pada tenggat tengah malam.

Sebelumnya, Reuven Rivlin telah berkonsultasi dengan semua partai yang terpilih menjadi anggota parlemen Israel dan mengumumkan bahwa dia yakin Yaid Lapid memiliki peluang terbaik untuk membentuk koalisi.

Baca Juga: Reza Arap Akui Pernah Mati Suri Selama 12 Jam: Sampai Sekarang Aku Masih Bingung

Yair Lapid yang merupakan mantan Menteri Keuangan Israel mendapatkan dukungan 56 suara dari total 120 anggota parlemen, walaupun angkanya masih kurang dari batasan mayoritas 61 suara.

“Sangat jelas bahwa anggota Knesset (parlemen Israel) Yair Lapid memiliki kesempatan untuk membentuk pemerintahan yang akan mendapatkan kepercayaan dari Knesset, meskipun pasti menemui kesulitan yang tidak sedikit," ungkap Presiden Israel Rivlin.

Yair Lapid, yang juga sebagai ketua Partai Yesh Atid, mengatakan dalam sebuah pernyataan setelah diumumkannya penerimaan pencalonan dirinya bahwa ia akan membentuk pemerintah kiri, kanan, dan tengah yang akan mencerminkan fakta bahwa semuanya tidak saling membenci.

Baca Juga: Anda Sering Tidur dengan Kipas Angin Menyala? Waspada 5 Bahaya Berikut yang Bisa Timbul

Presiden Reuven Rivlin memberikan waktu kepada Yair Lapid empat minggu untuk mencapai kesepakatan dengan calon mitra koalisi.

Sementara itu, Yair Lapid menghadapi tugas yang sulit, dia sekarang memiliki kesempatan untuk membuat sejarah dengan mengakhiri pemerintahan Netanyahu, perdana menteri terlama di Israel.

Sebelumnya, Perdana Menteri Netanyahu telah memegang jabatan tersebut selama total 15 tahun termasuk 12 tahun terakhir.

Baca Juga: Kembali Bentrok di Tepi Barat, Pasukan Keamanan Israel Tewaskan Remaja Palestina

Yair Lapid, yang pernah menjadi wartawan, masuk dalam parlemen pada tahun 2013 dengan partai pendatang baru Yesh Atid.

Yesh Atid telah menjadi oposisi sejak pemilu 2015. Partai itu populer di kalangan pemilih sekuler kelas menengah dan selalu mengkritik hubungan dekat Netanyahu dengan partai-partai ultra-Ortodoks serta mengatakan perdana menteri harus mundur saat diadili atas tuduhan korupsi.

Pemilu yang diadakan pada 23 Maret lalu berakhir dengan kebuntuan untuk keempat kalinya berturut-turut dalam dua tahun terakhir.

Baca Juga: Bunyikan Dentuman Tanda Buka Puasa, Penyulut Meriam di Rangkasbitung Ikhlas Dibayar Murah

Reuven Rivlin, yang posisinya sebagian besar bersifat seremonial, bertanggung jawab untuk menunjuk seorang pemimpin partai untuk membentuk pemerintahan setelah setiap pemilihan.

Dia memberi Netanyahu kesempatan pertama setelah 52 anggota parlemen mendukungnya sebagai perdana menteri bulan lalu, jumlah itu masih kurang dari minimal suara mayoritas 61 kursi.

Selama proses negosiasi Rabu 5 Mei 2021 kemarin, 52 anggota blok pro-Netanyahu meminta Reuven Rivlin untuk tidak memilih kandidat lain dan sebaliknya meminta parlemen untuk memutuskan sendiri posisi perdana menteri.

Baca Juga: Operasi Ketupat 2021, Polda Jawa Barat Putarbalikkan 12 Ribu Kendaraan, Dua Orang Dinyatakan Covid-19

Tapi Reuven Rivlin menolak usulan tersebut dengan mengatakan hal itu akan membawa mereka ke pemilihan kelima kalinya tanpa menghasilkan sesuatu yang berarti untuk dapat membentuk pemerintahan baru.

Yair Lapid, yang mendapat dukungan dari sekitar 56 anggota parlemen pada Rabu, telah menawarkan kesepakatan pembagian kekuasaan kepada Naftali Bennett, pemimpin partai sayap kanan Yamina.

Di bawah kesepakatan tersebut, kedua pria itu akan berbagi pekerjaan sebagai perdana menteri secara bergilir, dengan Bennett memegang posisi pertama.

Baca Juga: Terlanjur Tiba, Pemudik yang Datang ke Gunung Kidul Diminta Isolasi Mandiri

Bennett, mantan sekutu Netanyahu yang menjadi saingan, hanya menguasai tujuh kursi di parlemen, tetapi ia muncul dengan membawa suara yang dibutuhkan Yair Lapid untuk mengamankan mayoritas parlemen.

Mantan menteri pertahanan Israel mengatakan pada Senin lalu bahwa jika Netanyahu gagal untuk mengamankan koalisi, dia akan bekerja menuju pemerintahan persatuan, karena prioritas utamanya adalah menghindari pemilihan kelima dalam waktu kurang dari tiga tahun.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x