PR SOLORAYA - Memasuki hari ketiga, bentrokan di Tepi Barat yang dianeksasi terus terjadi antara demonstran dengan pasukan keamanan Palestina.
Para demonstran marah dan memprotes atas kematian seorang kritikus vokal dari Otoritas Palestina (PA) yang meninggal saat dalam tahanan.
Dikutip Pikiranrakyat-Soloraya.com dari Al Jazeera pada Minggu, 27 Juni 2021, ratusan orang berkumpul di kota Ramallah, markas besar PA, untuk meneriakkan slogan-slogan menentang Presiden Mahmoud Abbas, dua hari setelah pasukan Abbas menangkap aktivis Nizar Banat.
Menurut keluarga Banat, dua lusin petugas memukuli kepala aktivis Nizar Banat dengan tongkat dan batang logam. Kematiannya dikonfirmasi beberapa jam setelah penangkapannya.
Baca Juga: Kemenkes Tegaskan Kabar WHO Masukkan Indonesia dalam Kategori A1 High Risk Covid-19 adalah Hoaks
Para pengunjuk rasa memegang bendera Palestina dan poster Banat, dan meminta Abbas yang berusia 85 tahun untuk mundur.
“Rakyat ingin menggulingkan rezim,” teriak mereka, bersamaan dengan, “Mundur, Abbas!”
"Kami menginginkan reformasi politik total yang benar-benar mencerminkan kepentingan rakyat," kata salah satu pengunjuk rasa Esmat Mansour.
Ketika para pengunjuk rasa mulai berbaris ke kompleks kantor Abbas, sekelompok pendukung presiden memblokir rapat umum tersebut, yang memicu baku lempar batu antara kedua belah pihak.