Dikritik WHO, Perusahaan Vaksin Justru Sebut Solusi Pandemi Adalah Vaksin Booster

- 14 Juli 2021, 13:14 WIB
Pengembang vaksin, Pfizer dan BioNTech, menyebut solusi pandemi Covid-19 adalah vaksin booster, WHO mengkritik hal tersebut.
Pengembang vaksin, Pfizer dan BioNTech, menyebut solusi pandemi Covid-19 adalah vaksin booster, WHO mengkritik hal tersebut. /Pixabay/Spencer Davis

PR SOLORAYA - Dunia disebut tidak akan mengendalikan pandemi Covid-19 tanpa menggunakan vaksin booster untuk vaksin mRNA, demikian menurut salah satu tokoh kunci yang terlibat dalam pengembangan vaksin Pfizer dan BioNTech.

Ugur Sahin, salah satu pendiri dan CEO BioNTech, bersikeras bahwa vaksin booster akan diperlukan, meskipun ada kehati-hatian dari beberapa ahli.

“Pada akhirnya, sangat penting bagi kita untuk mengendalikan pandemi ini. Dan kita tidak akan mengendalikannya tanpa meningkatkan. Itu pendapat saya yang kuat,” kata Sahin, sebagaimana dikutip PRSoloraya.com dari Stat News pada Rabu, 14 Juli 2021.

Baca Juga: Vaksin Booster Covid-19 Belum Direkomendasikan WHO, Apakah Masih Perlu?

Sahin membuat pernyataan selama sesi panel di STAT Breakthrough Science Summit, tempat ia bergabung dengan Kathrin Jansen, kepala penelitian dan pengembangan vaksin di Pfizer.

Jansen mengatakan keputusan Pfizer untuk mengembangkan dan menguji vaksin booster Covid-19 harus didorong oleh data.

Sebuah studi besar tentang vaksin booster yang dikembangkan oleh perusahaan akan segera dibacakan menurut Jansen.

Baca Juga: Lirik Lagu Permission to Dance dari BTS, Masih Trending 1 di YouTube

Pfizer memicu kontroversi minggu lalu ketika perusahaan mengeluarkan pernyataan yang menyarankan vaksin booster akan diperlukan untuk menjaga perlindungan terhadap virus pada tingkat tinggi.

Pasalnya, pernyataan tersebut mengacu pada data yang kabarnya belum dipublikasikan.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengkritik gagasan memberi penduduk negara-negara kaya kesempatan ketiga sebelum petugas kesehatan dan orang dewasa yang lebih tua di banyak negara mendapatkan Covid-19 pertama mereka.

Baca Juga: Daftar Lengkap Nominasi Emmy Awards 2021, Ada WandaVision dan The Crown

Sementara itu, Anthony Fauci, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, mengatakan orang-orang "melompati senjata" jika mereka berpikir suntikan vaksin booster hampir disahkan.

Baik Jansen maupun Sahin tidak menjelaskan data yang menurut perusahaan mendukung pandangan mereka terkait diperlukannya vaksin booster.

Sahin mengatakan ada bukti sedikit penurunan tingkat antibodi pada orang empat sampai enam bulan setelah mereka divaksinasi.

Baca Juga: Link Nonton My Roommate Is a Gumiho Episode 15 Sub Indo, Tayang Pukul 20.40 WIB Malam Ini

Sampai saat ini, belum ada indikasi bahwa orang yang telah divaksinasi menderita infeksi Covid yang parah.

"Kami berharap bahwa kami juga akan melihat beberapa penurunan perlindungan terhadap penyakit parah … penurunan kecil," ujar Sahin.

Jansen mengatakan bagian dari tujuan penelitian perusahaan tentang vaksin booster adalah untuk menciptakan ketentuan memperbarui vaksin Covid-19 jika itu menjadi perlu.

Baca Juga: 7 Poin Perubahan SE Wali Kota Solo Terkait PPKM Darurat, Sholat Idul Adha Diimbau Dilaksanakan di Rumah

Meskipun dia tidak menyebutkannya, ada jalur regulasi untuk memperbarui vaksin influenza daripada mengharuskan produsen untuk menjalankan uji klinis skala besar setiap kali vaksin flu diubah untuk mencoba mengikuti virus yang terus berubah.

“Saya pikir ini masalah besar bagi kita, karena kita akan selalu berada di belakang virus ini. Kita tidak bisa mendahuluinya jika sebagian besar populasi menolak untuk divaksinasi,” katanya.

Membiarkan virus terus menyebar tanpa terkendali akan memunculkan varian tambahan, beberapa di antaranya mungkin dapat menghindari perlindungan vaksin, demikian menurut Sahin dan Jansen.

Baca Juga: Sinopsis My Roommate Is a Gumiho Episode 15 Malam Ini, Shin Woo Yeo Berubah Jadi Manusia?

Keduanya juga berbicara tentang tantangan mengembangkan vaksin baru dalam waktu kurang dari setahun.

“Dalam setiap program pengembangan vaksin, Anda memiliki tantangan yang sangat besar. Dan perbedaannya adalah bahwa tantangan tersebut lebih dari 10 tahun. Di sini kita menghadapi tantangan yang sama selama sembilan bulan,” ujar Jansen.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: Stat News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x