Memang benar, ketika itu selama 12 bulan, Rasulullah berpuasa terbanyak pada bulan Ramadhan, lalu di bawahnya pada bulan Syaban.
Kemudian Rasulullah menjawab dengan dua jawaban utama, dan hal itu sesuai dengan riwayat dari Usamah Bin Zaid.
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: “Bulan Syaban (bulan antara Rajab dan Ramadan) adalah bulan di saat manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” Hadits Riwayat An-Nasa’i.
Baca Juga: EXO Kembali dengan ‘Travel Around The World On EXO’s Ladder’ Season 3, Beberapa Member Harus Absen
Berdasarkan hal itu maka Ustadz Abdul Somad menjelaskan bulan Syaban adalah waktu paling utama untuk beribadah dan mengerjakan amal shalih.
Sebab Ustadz Abdul Somad juga menuturkan ketika beribadah disaat orang lain lupa, maka berpeluang untuk mendapatkan pahala yang sangat besar.
“Beribadah pada saat orang lupa maka pahalanya besar, contoh tahajud malam. Tahajud banyak orang lupa, tetapi engkau melaksanakannya, maka dapat pahala besar,” kata Ustadz Abdul Somad.
“Bulan rajab banyak orang ingat karena termasuk bulan haram, bulan ramadhan juga demikian sebab bulan suci, tapi ada di tengahnya bulan yang tidak populer, yakni bulan Syaban,” ujar Ustadz Abdul Somad.
Baca Juga: Kriteria Pengganti Calon PPPK atau CPNS yang Mengundurkan Diri dan TMS serta Linknya