Akhirnya ia memutuskan tetap tinggal di Mesir, ia tinggal di rumah yang dihibahkan Abdullah bin as-Sirri bin al-Hakam, Gubernur Mesir pada saat itu.
Sayyidah Nafisah menghabiskan waktunya untuk mengaji, mengajar, mendidik umat, dan beribadah kepada Allah.
Sosoknya gigih membela, melakukan advokasi, dan melindungi rakyat yang teraniaya oleh kekuasaan.
Pada tahun 198 Hijriyah, Imam Syafi’i datang ke Mesir, ia tinggal di sana lebih dari empat tahun.
Imam Syafi'i mengarang kitab-kitabnya yang bagus dan penuh makna sehingga namanya dikenal. Karena hal itu juga, orang-orang menerima dan mencintainya.
Tersebarlah mazhab Imam Syafi'i di tengah-tengah mereka. Imam Syafi’i suatu ketika meminta untuk bertemu dengan Sayyidah Nafisah.
Sayyidah Nafisah mendengar tentang kebesaran Imam Syafi’i, ia senang mendengar keinginan sang imam dan menyambutnya dengan penuh kegembiraan.
Setelah itu, mereka sering melakukan pertemuan-pertemuan. Hubungan mereka semakin erat.
Terdapat riwayat yang mengatakan tentang Imam Syafi’i yang sering bersama Sayyidah Nafisah ketika di Mesir:
“Ulama yang paling sering bersamanya dan mengaji kepadanya, justru dalam statusnya sebagai tokoh besar dalam fikih.”