Sebut Kasus Covid-19 Indonesia Naik, Epidemiolog dari Universitas Australia: Jangan Abai dan Jangan Terbuai

- 5 November 2021, 09:26 WIB
ilustrasi varian baru Covid-19. Kasus Covid-19 di Kota Bandung kembali merangkak naik.
ilustrasi varian baru Covid-19. Kasus Covid-19 di Kota Bandung kembali merangkak naik. /pixabay/
 
BERITASOLORAYA.com - Dicky Budiman, epidemiolog dari Centre for Enviromental and Population Helath Griffith University Australia mengungkapkan adanya kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia. 
 
Padahal, beberapa waktu lalu, kasus Covid-19 di Indonesia menurut laporan telah menunjukkan penurunan  sebagai sebuah kabar baik. 
 
Tercatat dari grafik kasus yang menurun tersebut, membuat kebijakan PPKM yang sebelumnya ketat kini telah dilonggarkan di Indonesia. 
 
 
Dilansir dari Pikiran-Rakyat.com, kebijakan pelonggaran yang diberikan tampaknya juga dibarengi dengan sikap sejumlah masyarakat yang mulai abai dalam menerapkan protokol kesehatan.
 
Seperti yang dikemukakan Dicky Budiman, hal tersebut menyebankan adanya penambahan kasus yang terjadi di Indonesia.
 
"Ada penambahan 801 kasus Covid-19 di Indonesia pada Rabu, 3 November 2021, sedangkan pada Selasa, 2 November 2021 ada penambahan sebanyak 612 kasus," ujar Dicky Budiman.
 
 
Dicky Budiman menginformasikan hal tersebut untuk mengingatkan masyarakat agar jangan abai terhadap protokol kesehatan dan terbuai dengan euforia karena kasus Covid-19 telah menurun.
 
"Jangan abai dan jangan euforia situasi ini. Karena sebagian besar masyarakat masih belum divaksin membuat kondisinya masih sangat rawan," kata Dicky Budiman.
 
Ia menganalogikan kondisi Covid-19 di Indonesia saat ini diibaratkan seperti dahan dan kayu kering yang sifatnya mudah terbakar jika masyarakat tidak waspada.
 
 
"Dahan dan kayu kering itu mudah terbakar, wabah juga seperti itu. Masyarakat harus benar-benar disiplin supaya kita enggak mengalami situasi yang buruk lagi," ucap Dicky.
 
Menurut Dicky sebagai pernyataan penutup,  Indonesia harus berkaca kepada pengalaman Singapura yang terlalu awal melakukan pelonggaran aktivitas masyarakat.
 
"Akibatnya kan fatal, yang rugi kita sendiri, lebih baik kita bertahan sedikit bertahap melakukan pelonggaran, tidak tergesa-gesa, tetap terukur, tetap sabar menunda aktivitas liburannya dalam kota dulu," tutupnya.***

Editor: Novrisia Yulisdasari

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x