Apakah Tidak Ada Peringatan Dini pada Erupsi Gunung Semeru? Begini Kata Vulkanologi ITB

- 5 Desember 2021, 19:26 WIB
Seorang warga mengangkut barang yang bisa diselamatkan dari rumahnya yang hancur akibat erupsi gunung Semeru di desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Minggu 4 Desember 2021.
Seorang warga mengangkut barang yang bisa diselamatkan dari rumahnya yang hancur akibat erupsi gunung Semeru di desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Minggu 4 Desember 2021. /ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/

 

BERITASOLORAYA.com - Pada Sabtu, 4 Desember 2021, Gunung Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mengalami erupsi. Gunung Semeru memuntahkan debu vulkanik yang sangat tebal dan awan panas disertai hujan. Akibat erupsi tersebut dikabarkan 13 orang meninggal dunia, dan 41 orang lainnya mengalami luka-luka terutama luka bakar.

Pakar Vulkanologi ITB, Mirzam Abdurrachman, memberikan penjelasannya terkait dengan Early Warning System atau Sistem Peringatan Dini pada kejadian erupsi Gunung Semeru tersebut.

“Gunung Semeru kali ini letusannya berbeda dengan letusan Semeru yang tahun lalu, sehingga banyak dari kita yang belajar dari pengalaman tersebut. Yang berbeda dalam kontek Semeru 2021 adalah mengenai besarnya volume yang akan keluar. Karena volume yang keluar itu tidak terlalu banyak, sehingga kegempaan yang terdeteksi pun bisa hanya terdeteksi oleh alat ukur yang disebut Seismograf. Tapi masyarakat yang tinggal di sana tidak bisa merasakan sehingga berdasarkan pengalaman mereka di tahun lalu, bahwa kalau Semeru mau meletus biasanya didahului dengan adanya kegempaan “, kata Mirzam.

Baca Juga: Kepala Badan Geologi ESDM Menyebutkan Adanya Erupsi Gunung Semeru Diakibatkan Curah Hujan Yang Tinggi

Mirzam juga mengatakan bahwa monitoring sebenarnya telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), hanya Gunung Semeru menunjukkan perubahan pola erupsi, serta adanya faktor eksternal.

“Jadi akumulasi abu vulkanik letusan 2020 yang ada di Gunung Semeru kemudian hujan datang dan terkikis perlahan lahan.Yang dilihat masyarakat yang berada didaerah hilir atau jauh dari puncak semeru adalah lahar yang turun. Sebenarnya itu adalah pertanda dari semeru, bahwa terjadi sesuatu di hulu sana, di puncak Semeru. Artinya tutup yang ada itu sudah mulai terkikis perlahan-lahan. Ketika tutupnya dibuka, persis seperti minuman bersoda, maka ketika tekanan tidak cukup besar pun, erupsi terjadi. Itu yang ingin disampaikan oleh letusan Semeru tahun ini”, jelas Mirzam.

 

Warga mengamati kondisi rumah yang tertimbun abu vulkanik dari guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur, Minggu 5 Desember 2021.
Warga mengamati kondisi rumah yang tertimbun abu vulkanik dari guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur, Minggu 5 Desember 2021. Zabur Karuru

Halaman:

Editor: Inung R Sulistyo

Sumber: YouTube Berita satu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x