Belajar Sejarah dan Budaya Keluarga, Sebelum Menikah Perlu Baca Ini

- 27 November 2021, 06:53 WIB
Foto Pernikahan Gusti Raden Ayu Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Kusumawardhani dengan Soerjo Soejarso 24 maret 1951 di Surakarta
Foto Pernikahan Gusti Raden Ayu Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Kusumawardhani dengan Soerjo Soejarso 24 maret 1951 di Surakarta /Inung R Sulistyo/Buku Lembar Kenangan Gusti Nurul 2021

 

BERITASOLORAYA.com- Pada hakekatnya belajar sejarah itu bukanlah menghafalkan kejadian dan angka tahunnya. Hakekatnya belajar sejarah adalah menemukan pola kejadian, menemukan keajegan tingkah laku manusia pada situasi tertentu.

Lalu idealnya merumuskan kode tingkah laku (code of conduct) untuk menyiasati jebakan sejarah. Kode tingkah laku ini adalah semacam ‘rambu navigasi’ dalam perjalanan kehidupan manusia.

Itulah yang sudah dilakukan oleh nenek moyang kita. Buktinya mereka sudah mampu menuliskan banyak peribahasa, pepatah, kata mutiara atau apapun namanya. 

Baca Juga: Pepatah Jawa Wani Ngalah Luhur Wekasané, Berani Mengalah Mulia Akhirnya.

Di kutip BeritaSoloRaya.com dari buku Membangun keluarga bahagia dengan iman, cinta dan wacana dan juga One way ticket to happiness karya Bambang Udoyono. Kata bijak itu berisi saran untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar perjalanan hidup kita selamat tidak hanya di dunia tapi sampai ke tujuan akhir di akherat.

Salah satu contohnya syaitu “Mélik nggéndong lali”, ”Sabdo Pandito Ratu” dan lain-lain.

Selain itu masih banyak lagi kalimat mutiara pusaka nenek moyang kita.  Mungkin lain kali saya akan membahasnya.

Kalimat mutiara itu ditulis dengan singkat tapi jelas.  Namun karena latar belakang orang beragam, kadang ada orang yang tidak menyadari keunggulan, keutamaan dan manfaatnya. 

Halaman:

Editor: Inung R Sulistyo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x