Mengenang G.K.R Pakubuwono atau Ibu Ageng, Sang Permaisuri Dua Generasi

14 Mei 2022, 08:58 WIB
Kanan: GKR Pakubuwono atau Ibu Ageng: Sang Permaisuri Dua Generasi /Inung R. Sulistyo/BeritaSoloRaya.com

BERITASOLORAYA.com – Salah satu alasan bagi Raden Wijaya untuk mengangkat Gayatri sebagai permaisuri adalah karena semangatnya. Para permaisuri raja di masa lalu punya cara sendiri untuk menuliskan sejarah.

Hal ini berbeda dengan para ibu suri yang tak lagi terdengar sepeninggal suaminya. Seringkali peran seorang wanita tak lebih dari seorang istri semata, perannya sebagai ibu seolah tenggelam. Namun hal ini tidak berlaku bagi Gayatri.

Peran Gayatri dalam mengantarkan kejayaan Majapahit justru begitu kentara saat mengantarkan putrinya naik tahta. 

Baca Juga: Cek! Kemdikbud Buat 2 Skema Ini pada PPPK Tahap 3 2022, Kabar yang Ditunggu untuk Guru dari Sekolah Induk

Begitu pula dengan sosok ibu lainnya di Kraton Kasunanan Surakarta yang dikenal dengan sebutan Ibu Ageng, sang Permaisuri Dua Generasi.

Kanjeng Raden Ayu Koespariyah yang terlahir sebagai putri dari K.R.M.T Poespodiningrat merupakan sosok ibu di Kasunanan Surakarta.

Dirinya adalah permaisuri dari S.I.S.K Susuhunan Pakubuwono XI yang mendapat gelar Gusti Kanjeng Ratu Pakubuwono.

G.K.R. Pakubuwono inilah yang menjadi sosok ibu karismatik dan mengantarkan putranya naik tahta. 

Baca Juga: GOT7 Resmi Umumkan Album Mini Self-Titled Baru dengan Tanggal Rilisnya

Hingga putranya tersebut bergelar S.I.S.K Susuhunan Pakubuwono XII dan sekaligus mendampingi sang Sinuwun mahardika dalam mengawali perjalanan Kraton Surakarta di awal kemerdekaan Republik Indonesia.

S.I.S.K Susuhunan Pakubuwono XII mempunyai seorang adik kandung bernama R. Ajeng Koes Sapariyam atau yang dikenal sebagai Gusti Bandoro Raden Ajeng Sekar Kedhaton.

Kemudian setelah menikah mendapat gelar G.K.R Kedhaton atau Putri Tineke.

Nama Ibu Ageng yang tersemat di dalam diri Putri Tineke adalah sebuah julukan kehormatan sekaligus sebuah pengakuan atas seberapa besar perannya sebagai seorang ibu.

Baca Juga: Kim Garam Ungkap Bantuan Member LE SSERAFIM Lain yang Bantu Atasi Kekhawatirannya Sebelum Debut

Putra-putri Susuhunan Pakubuwono XII juga ikut tunjukkan rasa hormat tersebut.

Hal tersebut menunjukkan betapa sang Ibu Ageng tidak hanya bertindak sebagai seorang ibu, namun juga nenek dan leluhur bagi keturunannya. Hal ini terbukti dalam sebuah lukisan di museum Ullen Sentalu Kaliurang.

Di dalam lukisan tersebut digambarkan sang Ibu Ageng membawa begitu banyak kunci yang ditalikan pada sehelai sapu tangan yang dinamakan saputangan usap asta. 

Kunci-kunci tersebut melambangkan kunci ruangan-ruangan kraton yang dimaknai sebagai simbol adanya kekuasaan dan otoritas yang luas.***

Editor: Dian R.T.L. Syam

Tags

Terkini

Terpopuler