Wayang kulit purwo ciptaan Mangkunagara IV memiliki ciri berukuran lebih kecil dari sumber aslinya. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah untuk "disebetkan" (dimainkan) saat pentas. Wayang tersebut kemudian dikenal dengan nama Kyai Sebet.
Kreasi penciptaan wayang kulit kemudian dilanjutkan oleh K.G.P.A.A. Mangkunagara VII (1916 - 1944). Mangkunagara VII dikenal sebagai seorang Adipati yang mencintai seni.
Baca Juga: Demi Meliput Prosesi Pernikahan Hyun Bin dan Son Ye Jin, Media Korea Nekat Pakai Drone
Berangkat dari keprihatinan Mangkunagara VII terhadap kualitas seni pertunjukan wayang & kemampuan para dalangnya, maka di sekitar th 1923 dipersiapkanlah suatu lembaga pendidikan bagi calon dalang.
Pada awalnya diutamakan untuk para anak keturunan dalang. Seiring dengan perkembangan jaman, untuk yang pertamakalinya sekolah dalang Mangkunegaran berlokasi di Pendhopo Ageng para calon dalang tersebut ddengan cara duduk bersila membentuk suatu lingkaran sembari disaksikan oleh K.G.P.A.A.Mangkunagara VII.
Baca Juga: Wajib Tahu! Inilah 8 Persiapan Hadapi Hari Pertama Puasa Ramadhan, Tetap Semangat