Baca Juga: 10 Tempat Wisata di Solo dan Sekitarnya, Mulai yang Instagramable hingga Bersejarah
Tradisi malam selikuran dikembangkan oleh Sultan Agung. Akan tetapi dalam perjalanannya sempat mengalami pasang surut. Pada masa pemerintahan Pakubuwana IX, tradisi ini dihidupkan kembali dan mengalami puncaknya pada masa Pakubuwana X.
Awalnya tradisi tersebut dilakukan dengan mengarak tumpeng dan diiringi lampu atau pelita dari Keraton menuju Masjid Agung Surakarta.
Lampu atau pelita sebagai simbol obor yang dibawa para sahabat ketika menjemput Rasulullah SAW setelah menerima wahyu di Jabal Nur. ***