Erdogan Luncurkan Proyek Kanal Istanbul yang Dinilai Penuh Kontroversi

- 27 Juni 2021, 14:35 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dikabarkan akan meluncurkan proyek Kanal Istanbul yang kabarnya penuh kontroversi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dikabarkan akan meluncurkan proyek Kanal Istanbul yang kabarnya penuh kontroversi. /geralt/free-photos /Pixabay



PR SOLORAYA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengambil langkah pertama dalam pembangunan kanal di tepi barat Istanbul bernama Kanal Istanbul di tengah kekhawatiran atas dampak lingkungan dan ekonomi dari proyek tersebut.

"Hari ini kami membuka halaman baru dalam sejarah perkembangan Turki," kata Erdogan pada Sabtu, 26 Juni 2021, pada upacara peletakan batu pertama Jembatan Sazlidere di atas rute yang direncanakan.

“Kami melihat Kanal Istanbul sebagai proyek untuk menyelamatkan masa depan Istanbul, untuk memastikan keselamatan jiwa dan harta benda Bosphorus Istanbul dan warga di sekitarnya,” katanya.

Baca Juga: Solo Jadi Tuan Rumah AICIS 2021, Gibran Berpesan Agar Tetap Patuh Prokes

Pemerintah Turki telah mengatakan bahwa proyek tersebut akan memudahkan lalu lintas kapal dan mengurangi risiko kecelakaan di Selat Bosphorus, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia yang menghubungkan Laut Marmara dan Laut Hitam.

Dijuluki oleh Erdogan sebagai "proyek gila" ketika pertama kali menyarankan pembangunan kanal pada 2011, proyek sepanjang 45 km ini mencakup pembangunan pelabuhan laut baru, jembatan, bisnis, distrik perumahan dan danau buatan.

Kanal itu, yang diperkirakan menelan biaya Rp216,8 triliun, diharapkan akan selesai dalam waktu enam tahun.

Baca Juga: Profil Matteo Pessina, Bintang Baru Timnas Italia di Euro 2020

"Dengar, ini bukan upacara pembukaan air mancur, hari ini kita sedang meletakkan fondasi salah satu percontohan kanal bagi dunia," katanya di acara tersebut.

Mustafa Ilicali, seorang profesor transportasi dan mantan anggota parlemen, mengatakan bahwa lalu lintas laut telah meningkat 72 persen di Bosphorus sejak 2005.

“Tanker menimbulkan kecelakaan di selat sempit. Kapal yang tertunda mencemari laut dan menimbulkan emisi," ujarnya.

Baca Juga: Buntut dari Kematian Aktivis, Rakyat Palestina Tuntut Presiden Mahmoud Abbas Mundur dari Jabatannya

Muzaffer Bayram, seorang warga yang tinggal di Istanbul, melihat kanal itu bermanfaat bagi Turki sebagaimana dikutip PikiranRakyat-SoloRaya.com dari Al Jazeera pada Minggu, 27 Juni 2021.

“Lihat kapal-kapal ini menunggu, ketika kita memiliki kanal, mereka tidak akan menunggu di sini. Selain itu mereka akan membayar lebih (untuk melewati Turki). Semua ini untuk kepentingan negara saya,” ungkapnya.

Namun, para kritikus mengatakan Kanal Istanbul itu akan menyebabkan kerusakan ekologis yang mendalam di Istanbul, memperburuk bahaya yang ditimbulkan oleh gempa bumi, dan menempatkan ekonomi Turki yang sudah sakit di bawah beban utang yang bahkan lebih besar.

Baca Juga: Kemenkes Tegaskan Kabar WHO Masukkan Indonesia dalam Kategori A1 High Risk Covid-19 adalah Hoaks

“Melalui kanal baru ini, Laut Hitam dan perairan Marmara akan bercampur. Ini akan memiliki konsekuensi ekologis dan membahayakan pasokan air dan kehidupan laut yang sudah lemah,” kata Pinar Giritlioglu, wakil presiden Perencana Kota Turki.

Ercument Gulemek, seorang petani dan peternak di Baklali, mengatakan bahwa proyek tersebut akan mencakup sebagian dari desanya.

“Kami ingin memperluas bisnis, membangun lumbung dalam ruangan, tetapi kami tidak bisa. Ini dilarang. Apa yang saya lakukan sekarang adalah satu-satunya pekerjaan yang saya tahu. Saya hanya bisa menjadi penjaga malam setelah tempat-tempat ini menjadi pemukiman,” ungkapnya.

Baca Juga: Profil dan Nilai Pasaran Mikkel Damsgaard, Calon Penerus Eriksen di Timnas Denmark

Struktur pertama proyek, delapan jalur, dan jembatan 840 meter, akan menghubungkan ke jalan raya Marmara Utara yang juga menghubungkan proyek infrastruktur terbaru lainnya termasuk bandara baru dan jembatan Bosphorus ketiga.

Hal ini telah menyebabkan Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu, yang mewakili oposisi utama Partai Rakyat Republik Turki, menyebut upacara Sabtu kemarin sebagai “ilusi” yang terkait dengan rencana jalan raya daripada kanal.

“Pembangunan jembatan di sini tidak ada hubungannya dengan proyek kanal. Ini ada hubungannya dengan penghubung jalan raya," katanya dalam konferensi pers di Sazlidere.

Baca Juga: Menkes Inggris Mundur usai Langgar Aturan Covid-19: Kami yang Membuat Aturan Harus Patuh

Samuel Ramani, seorang analis Timur Tengah, mengatakan bahwa peningkatan lalu lintas 15 kali lipat di Bosphorus selama setengah abad terakhir merupakan masalah serius.

Hal itu harus dipertimbangkan terhadap masalah lingkungan dan geopolitik termasuk laporan bahwa sebagian besar pendanaan proyek akan datang dari China.

“Menyimpang dari kemacetan di Bosphorus adalah argumen yang valid,” ujarnya.

“Tetapi kemudian pertanyaan lainnya adalah apakah itu membebani biaya lingkungan dan apakah itu juga berpotensi menimbulkan ancaman bagi kedaulatan Turki jika proyek tersebut (dibiayai) oleh China?” ujar pengamat Timur Tengah tersebut.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah