Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia: Tidak Ada yang Menginginkan Perang, Apalagi Perang Nuklir

- 27 Maret 2022, 20:15 WIB
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia mengatakan bahwa tidak ada yang menginginkan perang, apalagi perang nuklir
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia mengatakan bahwa tidak ada yang menginginkan perang, apalagi perang nuklir /Tangkapan layar Instagram/@infiniteposters//

BERITASOLORAYA.com - Babak baru ancaman serangan nuklir nampaknya sudah dimulai.

Ancaman konflik nuklir yang sangat bisa terjadi diungkap oleh Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev

Dikutip BeritaSoloRaya.com dari artikel Pikiran Rakyat berjudul Roundup: NATO dan Rusia Saling Arahkan Nuklir, Babak Baru Dua Kubu Buat Jepang Naik Pitam, Dmitry mengatakan bahwa fasilitas di Rusia telah menjadi target senjata nuklir NATO.

Dmitry Medvedev juga menjelaskan bahwa Rusia menargetkan senjata nuklirnya kepada Eropa dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Nelayan Temukan Ranjau. Turki Peringatkan Kapal yang Melintasi Laut Hitam Untuk Berhati-hati

Oleh karena itu, dia menekankan perlu dilakukan kebijakan yang bertanggung jawab.

Dia mencatat bahwa krisis saat ini lebih buruk daripada selama Perang Dingin.

Dmitry Medvedev melihat, rekan-rekan Rusia pada waktu itu tidak membawa situasi ke titik didih.

Mereka tidak menjatuhkan sanksi pada industri, pertanian, dan individu. Namun tidak saat ini, mereka sedang melakukan penggembosan di semua lini.

Baca Juga: Begini Gaya Busana Rose BLACKPINK, Zendaya, Hailey Bieber di Pesta Pra-Oscar. Mana yang Paling Cantik?

Dmitry Medvedev menambahkan bahwa jika kepemimpinan Rusia telah mengambil sikap yang tidak bertanggung jawab, itu akan menarik diri dari perjanjian START Baru (Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis), karena orang-orang yang menandatanganinya sekarang masuk dalam daftar sanksi Barat.

Bahkan ketika tidak ada yang menginginkan perang, pada titik tertentu hal itu bisa terjadi.

Oleh karena itu, kata dia perlu ada yang menerapkan kebijakan yang bertanggung jawab untuk menghindari perang lebih besar dengan menggunakan senjata mematikan.

"Tidak ada yang menginginkan perang, apalagi perang nuklir, yang merupakan ancaman bagi keberadaan peradaban manusia," kata Dmitry Medvedev.

Baca Juga: Kepala WTO: Konflik Rusia Ukraina Berdampak Serius Pada Pasokan Pangan

Dia kemudian menjawab pertanyaan tentang kemungkinan konflik nuklir atau perang antara Rusia dan NATO.

"Dalam pengertian ini, para analis yang mengatakan, mungkin agak sinis, tetapi bagaimanapun, bahwa pengembangan senjata nuklir telah mencegah sejumlah besar konflik di abad 20 dan 21, adalah benar. Ini benar. Faktanya, itulah yang terjadi," tutur Dmitry Medvedev.

Dengan perkembangan situasi antara Rusia dan Ukraina saat ini, dia tidak menampik jika ancaman perang nuklir pasti ada. Namun, Rusia akan bertarung untuk menghindari hal tersebut.

Baca Juga: Drama Twenty Five Twenty One Ungkap Pergolakan Batin Nam Joo Hyuk yang Akan Bikin Tersentuh

Akan tetapi, saat NATO dan Barat telah mencampuri urusan di Ukraina, Dmitry Medvedev mengungkapkan bahwa senjata nuklir NATO sudah ditargetkan ke fasilitas di Rusia.

Provokasi ancaman serangan nuklir ini pun membuat Jepang menjadi salah satu negara yang merasa muak.

Pasalnya, serangan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945, menjadi tragedi yang mustahil dapat dihapuskan dari benak pemerintah dan seluruh rakyatnya.

Hal itu menjadi salah satu penyebab mengapa Jepang menjadi pihak paling tersulut emosi ketika Kim Jong Un kembali meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM), yang dinilai terbesar sejauh ini.

Baca Juga: Lirik Ya Hannan Ya Mannan dengan Bahasa Arab, Latin dan Terjemahnya

Menteri Pertahanan Jepang, Makoto Oniki bereaksi sangat marah menanggapi tindakan itu. Ia menilai Kim Jong Un hanya memperburuk suasana di tengah konflik antara Rusia dengan Ukraina.

Kemarahan Jepang merambat hingga ke pertemuan antara Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida dan Duta Besar AS, Rahm Emanuel selama kunjungan ke Hiroshima, Sabtu, 26 Maret 2022.

Melalui hasil kunjungan di lokasi serangan bom atom dalam Perang Dunia II tersebut, Jepang dan AS mengeluarkan peringatan keras terhadap Rusia dalam penggunaan senjata nuklir miliknya.

Baca Juga: Hukum Wudhu Sambil Berbicara, Begini Penjelasan Habib Umar

Peringatan pada Moskow utamanya dipicu oleh reaksi Pemerintahan Putin yang menolak mengesampingkan persenjataan nuklirnya, pada Selasa lalu, 22 Maret 2022.

Rusia bahkan mengklaim pihaknya berhak meledakkan senjata penghancur massal itu dalam perang Ukraina jika posisi mereka terancam.

Sambil mengunjungi taman dan museum memorial perdamaian, Fumio Kishida dan Rahm Emanuel menyerukan ungkapan Rusia adalah negara yang tidak berbudi.

Sejarah mencatat, sekitar 140.000 orang tewas dalam pemboman Hiroshima, termasuk mereka yang selamat dari ledakan tetapi meninggal setelahnya akibat paparan radiasi.

Baca Juga: Siap Rilis Lagu Baru, BTS Akan Kolaborasi Dengan Musisi Terkenal Snoop Dogg

Tiga hari kemudian bom plutonium dijatuhkan di kota pelabuhan Jepang Nagasaki, menewaskan sekitar 74.000 orang dan menyebabkan berakhirnya Perang Dunia II.

Kenangan pahit itu membuat Jepang memahami lebih dari siapapun, betapa mengerikannya nuklir bagi keberlangsungan hidup sebuah peradaban.

Amerika Serikat sampai saat ini tetap menjadi satu-satunya negara yang pernah menggunakan senjata nuklir dalam konflik.

"Sejarah Hiroshima mengajarkan kita bahwa tidak masuk akal bagi negara manapun untuk membuat ancaman seperti itu," kata Emanuel.

Baca Juga: Hanya Karena 4 Hal Ini, Pencairan Tunjangan Sertifikasi Guru Tiap Triwulan Akan Dibatalkan

“Kengerian senjata nuklir tidak boleh terulang,” ucap Kishida, merujuk pada tragedi Hiroshima dan Nagasaki.*** (Eka Alis Putri / Pikiran Rakyat)

Editor: Maulida Cindy Magdalena

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah