Dilema Nelayan Sri Lanka, Minyak Tanah Mahal atau Tak Ada Makanan: Kami Kelaparan

- 7 September 2022, 11:02 WIB
Ilustrasi nelayan Sri Lanka yang kesulitan melaut karena harga bahan bakar berupa minyak tanah mahal
Ilustrasi nelayan Sri Lanka yang kesulitan melaut karena harga bahan bakar berupa minyak tanah mahal /Pixabay/Quangpraha/

BERITASOLORAYA.com Krisis ekonomi berkepanjangan menempatkan nelayan Sri Lanka dalam situasi dilema antara mahalnya bahan bakar untuk melaut berupa minyak tanah atau kelaparan karena tak ada makanan di rumah.

Banyak nelayan di pantai Mannar, sebuah pulau kecil di lepas pantai barat laut Sri Lanka, akhir Agustus lalu, tidak bisa melaut sama sekali.

Para nelayan dihadapkan pada krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaannya tahun 1948 yang menghancurleburkan Sri Lanka.

Baca Juga: PM Liz Truss Bawa Sikap Inggris Semakin Keras terhadap China

Kekurangan bahan bakar dan inflasi tak terkendali memaksa nelayan Sri Lanka berjuang untuk mendapatkan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk melaut.

Soosaipillai Nicholas, seorang nelayan berusia 73 tahun yang dijuluki Sornam menyampaikan dilema yang dialaminya dan banyak nelayan lain.

"Semuanya sulit saat ini, tidak ada minyak tanah, tidak ada makanan di rumah," kata Sornam sebagaimana dikutip BeritaSoloRaya.com dari Reuters.

"Kami hanya mendapatkan pekerjaan jika kami datang ke laut, jika tidak, kami tidak akan mendapatkan apapun. Kami kelaparan," kata Sornam yang berbicara dalam bahasa Tamil.

Baca Juga: Borussia Dortmund vs Copenhagen: Reyna Buat 2 Assist yang Mengejutkan

Sornam adalah salah satu nelayan yang tidak bisa melaut. Ia berusaha melanjutkan hidupnya dengan membantu mengumpulkan dan menyortir hasil tangkapan para nelayan yang berhasil berangkat.

Sebelumnya, keadaan semakin parah. Selama berbulan-bulan tidak ada bahan bakar sama sekali di Mannar karena cadangan devisa negara itu mengering dan tidak dapat mengimpor minyak mentah untuk kilangnya.

Ketika pasokan minyak tanah kembali beberapa pekan lalu, harga minyak tanah mencapai empat kali lipat lebih tinggi dari harga semula karena Sri Lanka mencabut subsidi bahan bakar.

Baca Juga: Hasil Liga Champions RB Leipzig vs Shakhtar Donetsk, Hirnyky Manfaatkan Setiap Peluang Menjadi Gol

“Kami tidak membutuhkan barang-barang mewah seperti bensin dan solar. Untuk pekerjaan penting kami, yang kami butuhkan hanyalah minyak tanah,” kata Raja Cruz, pemilik perahu Sornam yang datang untuk membantu.

Harga awal minyak tanah di Sri Lanka dijual dengan harga subsidi, 87 rupee per liter atau sekitar 92 sen AS per galon.

Setelah mengalami kenaikan, harga per liter minyak tanah mencapai 340 rupee atau 3,62 dolar per galon.

Baca Juga: Dipastikan Jadi Guru! PPG Prajabatan Model Baru Tahun 2022, Beri Masa Depan Bagi Calon Tendik

Raja Cruz bahkan mengatakan bahwa di pasar gelap, harga minyak tanah bisa mencapai 1.800 rupee per liter.

Menteri Tenaga dan Energi Sri Lanka Kancahana Wijesekera menyampaikan bahwa revisi harga minyak tanah adalah keharusan yang diambil negara selama bertahun-tahun.

Wijesekera menambahkan bahwa pemerintah akan memberikan suntikan bantuan untuk masyarakat.

“Pemerintah telah mengusulkan subsidi tunai langsung kepada keluarga berpenghasilan rendah, sektor perikanan & perkebunan yang bergantung pada minyak tanah," katanya.

Baca Juga: Manchester City Cukur Sevilla 4-0, Rajai Klasemen Grup G Liga Champions

Meski demikian, Raja Cruz mengaku bahwa hingga sekarang keluarga di Mannar belum menerima bantuan.***

Editor: Dian R.T.L. Syam

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah