Kenaikan ini didasari oleh pertumbuhan utang luar negeri perusahaan bukan lembaga keuangan sebesar 5,9 persen.
Sementara utang luar negeri lembaga keuangan mengalami penciutan 4,9 persen atau lebih rendah dibandingkan pada Januari sebesar 6,1 persen.
Utang luar negeri swasta mencapai 77,3 persen dari total utang keseluruhan, yang berasal dari jasa keuangan dan asuransi, listrik, gas, uap atau air panas dan udara dingin, pertambangan, serta industri pengolahan.
Jadi secara keseluruhan, menurutnya, struktur utang luar negeri Indonesia akan tetap pada posisi yang sehat.
Asalkan, lanjut Erwin, dalam mengelolanya didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian.***