Dendengnya berbentuk persegi dan memiliki warna merah yang cerah. Dalam budaya Tionghoa, warna merah melambangkan keberuntungan dan berkah.
Selain itu, ada makna historis yang terkait dengan tradisi mengonsumsi dendeng kering selama Tahun Baru. Pada masa kemiskinan dan keterbatasan akses terhadap makanan, daging merupakan makanan langka yang disediakan untuk acara-acara khusus.
Kelezatan irisan dendeng, yang mudah dibawa dan memiliki masa simpan yang lama, telah membuatnya menjadi suguhan pesta yang populer, meneruskan tradisi perayaan Tahun Baru.
Menghindari Makanan Pembawa Sial
Untuk memastikan Tahun Baru yang penuh keberuntungan, ada beberapa hidangan tertentu yang banyak orang Tionghoa hindari.
Labu pahit (ku gua) adalah salah satu makanan yang harus dihindari karena hubungannya dengan kata ku yang berarti "pahit" dalam bahasa Mandarin. Hubungan ini membuat orang menghindari labu pahit dan hidangan apa pun yang mengandungnya karena melambangkan kepahitan atau kesulitan dalam hidup.
Cumi-cumi laut (you yu) adalah makanan lain yang masuk dalam daftar tabu, sebagian besar karena hubungannya dengan istilah gaul chao you yu (cumi-cumi yang dipecat), yang diterjemahkan menjadi "Anda dipecat".
Konotasi negatif dari kehilangan pekerjaan yang terkait dengan hidangan laut ini membuatnya menjadi pilihan yang tidak menguntungkan bagi sebagian besar orang Tionghoa sehingga mendorong mereka untuk menghindarinya.