PLTN Zaporizhzhia Memanas, IAEA Menyerukan Bangun Zona Keamanan

7 September 2022, 19:34 WIB
Foto satelit yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Inggris menunjukkan pasukan Rusia di dekat PLTN Zaporizhzhia. /The Sun/MoD



BERITASOLORAYA.com -Belakangan ini, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah menyerukan untuk didirikan zona keamanan di sekitar PLTN Zaporizhzhia.

Pembangunan zona keamanan di wilayah PLTN Zaporizhzhia yang diduduki oleh Rusia didasarkan pada terjadinya peristiwa penembakan.

Minggu lalu, pengawas atom PBB telah mengirim tim ke lokasi tersebut dan pada hari Selasa 6 September kemarin, mereka melaporkan bahwa situasi yang ada saat ini tidak dapat dipertahankan.

Baca Juga: Simak! Berikut Daftar Honorer yang Tak Bisa Ikut Pendataan Non ASN, Pemerintah Beri Solusi Melalui Hal Ini..

Sebagaimana telah diketahui, pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia menjadi salah satu yang terbesar di Eropa.

Timbul kekhawatiran akan munculnya bencana nuklir di tengah konflik yang berlangsung. Mengingat Rusia dan Ukraina sendiri saling menuding atas peristiwa penembakan di wilayah PLTN Zaporizhzhia.

Awal bulan Maret, pasukan militer Rusia telah menduduki situs tersebut dan telah terjadi beberapa serangan berulang di wilayah tersebut. Moskow dan Kyiv sendiri telah untuk membantah bertanggung jawab.

"Ada kebutuhan mendesak untuk tindakan sementara untuk mencegah kecelakaan nuklir yang timbul dari kerusakan fisik yang disebabkan oleh sarana militer," jelas IAEA.

Baca Juga: 4 Jenis Non ASN yang Masih Diizinkan Kerja di Instansi Pemerintah, Apa Saja?

Sebagaimana dikutip BeritaSoloRaya.com melalui Aljazeera pada Rabu, 7 September 2022.

Badan Energi Atom Internasional menjelaskan bahwa, diperlukan zona perlindungan keselamatan dan keamanan nuklir guna mencegah terjadinya kecelakaan.

IAEA menyarankan agar penembakan di sekitar wilayah PLTN harus sesegera mungkin dihentikan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kemungkinan kerusakan pada pabrik dan beberapa fasilitas didalamnya.

Pada hari Selasa, Rafael Grossi selaku Direktur Jenderal IAEA yang memimpin kunjungan inspeksi, telah memberi keterangan tentang temuan yang didapat pada Dewan Keamanan PBB.

Baca Juga: Selamat! Kemdikbud Sampaikan 3 Kabar Baik Terkait Tunjangan Bagi Semua Guru PAUD, SD, SMP, SMA/SMK, SLB

Sebelum Grossi memaparkan presentasi, Antonio Guterres selaku Sekretaris Jenderal PBB, menuntut agar pasukan militer Rusia dan Ukraina dapat berkomitmen menghentikan seluruh aktivitas militer di sekitar pabrik.

Tak hanya itu, Antonio Guterres juga menuntut agar pasukan dari kedua negara tersebut bisa menyetujui perbatasan demiliterisasi.

Dia juga memberi peringatan bahwa kerusakan yang terjadi di wilayah tersebut bisa menyebabkan bencana, baik itu kerusakan yang timbul akibat kesengajaan atau tidak.

Pada hari Selasa, dikabarkan ada penembakan di sekitar lokasi pabrik. Peristiwa tersebut bahkan terjadi sehari setelah jaringan listrik Ukraina terputus.

Baca Juga: 5 Perbedaan Pegawai ASN PPPK dan PNS, Salah Satunya Terkait Kontrak Kerja

Dmytro Orlov selaku Walikota Enerhodar memberi laporan bahwa telah terjadi ledakan kuat yang terjadi di tengah hari. Efek dari ledakan tersebut adalah membuat kota Enerhodar terputus dari aliran listrik dan air.

Pejabat Rusia menuding bahwa pasukan Ukraina telah menembaki Enerhodar. Sedangkan, pihak Ukraina mengatakan bahwa pasukan Kremlin telah menyerang kota Nikopol.

Para pakar menjelaskan bahwa reaktor Zaporizhzhia sendiri dirancang untuk menahan bencana alam hingga kecelakaan pesawat.

Namun, sistem pendingin dapat terganggu disebabkan oleh timbulnya konflik beberapa kali di wilayah tersebut.***

Editor: Anbari Ghaliya

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler