Militan Palestina bertopeng berkeliaran dengan jip di jalanan kota Sderot, Israel selatan, tempat terjadinya baku tembak.
Para analis meyakini bahwa bentrokan saat ini sepertinya tidak akan berakhir dalam waktu dekat karena Hamas tampaknya siap untuk mengobarkan konflik yang berlarut-larut.
Mesir, perantara perdamaian antara Israel dan kelompok-kelompok militan Palestina yang telah lama menjadi penengah, berdiskusi dengan Prancis pada hari Sabtu untuk menyelesaikan konflik yang sedang berlangsung.
Dalam sebuah percakapan telepon dengan mitranya dari Prancis, Emmanuel Macron, Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi memperingatkan bahwa kekerasan dan eskalasi lebih lanjut, dapat menyeret wilayah tersebut ke dalam "lingkaran setan ketegangan" dan merusak stabilitas dan keamanan regional.
DAMPAK NEGATIF TERHADAP REKONSILIASI ISRAEL-ARAB
Serangan itu terjadi pada Simchat Torah, hari libur Yahudi yang menandai berakhirnya siklus tahunan pembacaan Taurat di depan umum dan hampir bertepatan dengan peringatan 50 tahun Perang Yom Kippur, yang dimulai pada 6 Oktober 1973, antara Israel dan koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah.
Konflik terbaru ini terjadi setelah Israel sering melakukan serangan di Tepi Barat selama setahun terakhir, yang sering kali mengakibatkan jatuhnya korban dari pihak Palestina.
Israel mengatakan bahwa tindakan-tindakan ini diperlukan untuk menangkap para militan Palestina yang terlibat dalam serangan-serangan terhadap warga Israel.
Konflik militer ini juga terjadi ketika Israel berusaha untuk menormalkan hubungannya dengan Arab Saudi. Ditengahi oleh Amerika Serikat, Israel telah melakukan kontak dengan Arab Saudi mengenai potensi kesepakatan damai antara kedua negara.***