Apa Itu Perfeksionisme, dan Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental Anda?

- 8 Januari 2022, 11:34 WIB
ilustrasi daftar sisi negatif sifat perfeksionis yang sebaiknya diwaspadai
ilustrasi daftar sisi negatif sifat perfeksionis yang sebaiknya diwaspadai /Pixabay/mohamed_hassan

BERITASOLORAYA.com - Apakah Anda seorang perfeksionis? Pelajari lebih lanjut tentang jenis perfeksionisme, bagaimana perfeksionisme dapat mempengaruhi kesehatan mental, dan cara menghindarinya.

Apa itu perfeksionis?

Apakah Anda menulis email berulang kali sebelum mengirimkannya? Atau apakah Anda menganggap diri Anda gagal jika rekan kerja atau teman sekelas melakukan tugas dengan lebih baik?

Kebutuhan yang kuat untuk menghindari kesalahan ini disebut perfeksionisme.

Baca Juga: Fandom BTS dan BLACKPINK Melakukan Perdebatan Sengit, Ini Kronologinya!

Meskipun perfeksionisme bukanlah termasuk penyakit medis, kecenderungan ini dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan fisik kita. 

Hal ini disampaikan oleh Gail Saltz, MD, seorang profesor psikiatri klinis di Rumah Sakit Presbyterian New York dan pembawa acara How Can I Help? podcast dari iHeartRadio.

Perfeksionis berbeda dari sifat berbasis prestasi seperti ambisi.

Baca Juga: Layanan Putus vs Layangan Pegat, Denny Cagur Bikin Film Pendek Parody Lucu. Simak Selengkapnya

“Ambisi bekerja sebagai pemberi energi, mendorong kita menuju kesuksesan dan menginspirasi kita untuk berbuat lebih banyak,” kata Sarah Kaufman, LMSW dan psikoterapis di Cobb Psychotherapy.

“Ketika harga diri Anda mulai terjerat dengan mencapai tujuan Anda atau mendapatkan segalanya dengan benar, saat itulah ambisi bisa memasuki wilayah perfeksionis,” ucap Sarah Kaufman melanjutkan.

Inilah yang perlu Anda ketahui jika Anda mengidentifikasi diri sebagai seorang perfeksionis.

Baca Juga: Layangan Putus, Bukan Cuma Soal Rumah Tangga, Tapi Lebih Dari Itu

Bisakah perfeksionisme menjadi hal yang baik?

Perfeksionisme bisa menjadi sehat dalam arti mendorong orang untuk menetapkan dan mencapai tujuan yang tinggi.

Tapi dia mengatakan perfeksionisme menjadi masalah ketika seseorang berfokus untuk menghindari kegagalan dengan segala cara.

“Itu membuat mereka sangat menyalahkan diri sendiri, yang mengarah pada perasaan tidak berharga jika mereka gagal dalam sesuatu, jika mereka melakukan kesalahan, atau jika mereka tidak mencapai tingkat kesempurnaan tertentu,” kata Dr. Saltz.

Baca Juga: Kepergok Jalan Bareng, Inilah 4 Fakta Menarik Mantan Pasangan Camila dan Mendes

Apakah ada tipe perfeksionis yang berbeda?

“Ada spektrum perfeksionisme yang luas, dan individu dapat menjadi perfeksionis dalam satu, beberapa, atau banyak bidang kehidupan mereka dan untuk berbagai alasan,” kata Alissa Jerud.

Alissa Jerud adalah psikolog klinis berlisensi, asisten profesor psikologi klinis di departemen psikiatri di University of Pennsylvania, dan pembawa acara Podcast Anxiety Savvy.

Baca Juga: Bagaimana Memaafkan Diri Sendiri, dan Mengapa Itu Penting

Multidimensional Perfectionism Scale (MPS) adalah alat penilaian yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1990.

Alat ini digunakan untuk mengukur kecenderungan kekhawatiran seseorang akan membuat kesalahan, rasa tanggung jawab terhadap harapan orang tua, dan kebutuhan akan ketertiban dan organisasi.

Skala ini telah dievaluasi ulang dan disempurnakan. Dan kini terdapat definisi tiga jenis perfeksionisme yang berbeda.

Baca Juga: Ini Dia Kebiasaan Sehat yang Justru Berbahaya, Kok Bisa? Simak Penjelasannya Berikut

Perfeksionis yang berasal dari lingkungan sosial

Jenis perfeksionisme ini berasal dari keyakinan bahwa orang lain menuntut kesempurnaan dari Anda.

Dr. Jerud mengatakan bahwa sifat ini dapat memaksa orang untuk mati-matian mengejar kesempurnaan.

Takut jika ada yang kurang akan mengakibatkan orang lain menolak mereka atau menilai mereka secara negatif.

Baca Juga: Wajib Tahu, 5 Tanda Ini Tunjukkan Perempuan Mengalami Depresi

Sebuah studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Bulletin menemukan bahwa tingkat perfeksionisme dari setiap bentuk sedang meningkat, tetapi peningkatan sangat tinggi untuk varietas ini, khususnya di kalangan anak muda. 

Studi ini menemukan bahwa antara 1989 dan 2016, tingkat perfeksionisme yang berasal dari lingkungan sosial naik 33 persen.

Penelitian dari Frontiers in Psychology juga menghubungkan perfeksionisme yang berasal dari lingkungan sosial dengan kondisi serius seperti gangguan makan dan depresi.

Baca Juga: Penjelasan dan Biaya Transplantasi Rambut, Simak Ulasannya untuk Anda

Perfeksionis yang berorientasi pada orang lain

Menuntut kesempurnaan ini dari rekan-rekan Anda dan menjadi terlalu kritis jika mereka tidak memenuhi harapan Anda dikenal sebagai perfeksionisme yang berorientasi pada orang lain.

Sifat ini sering berakar pada perasaan tidak puas dan tidak aman.

Penelitian dari Journal of Psychopathology and Behavioral Assessment menunjukkan bahwa perfeksionisme yang berorientasi pada orang lain dapat membatasi kemampuan seseorang untuk membentuk ikatan hangat dengan orang lain.

Baca Juga: PPPK Guru 2022. Perkiraan Formasi Sudah Disiapkan

Perfeksionis yang berorientasi pada diri sendiri

“Beberapa orang yang teliti dan berorientasi pada tujuan menetapkan standar tinggi untuk diri mereka sendiri dan menemukan kegembiraan dalam bekerja keras untuk mencapai standar itu,” kata Dr. Jerud.

“Namun penting untuk dipahami bahwa kesempurnaan jarang dapat dicapai,” ucap Dr. Jerud melanjutkan.

Menetapkan standar kesempurnaan yang tinggi tanpa tanpa kesadaran bahwa kesempurnaan jarang dapat kita capai akan membuat kita cenderung frustrasi dengan diri kita sendiri ketika kita gagal mencapai tujuan.

Baca Juga: Layangan Putus Viral, Ini Keinginan Anya Geraldine: Biar Gak Ngecewain Gitu

Rasa frustasi yang berulang ini dapat memicu kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya, katanya.***

Editor: Maulida Cindy Magdalena

Sumber: thehealthy.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah